Tahun 2023 akan segera berlalu dengan hasil ekonomi global yang kurang positif. Dalam konteks tersebut, banyak pakar ekonomi telah memberikan komentar tentang ekonomi dunia pada tahun 2024.
Pemotongan suku bunga
Kantor berita Turki Anadolu mengutip Ken Wattret, Wakil Presiden Ekonomi Global di S&P Global Market Intelligence (USA), yang mengatakan bahwa bank sentral diperkirakan akan mulai memangkas suku bunga acuan mulai pertengahan 2024. Namun, pemangkasan ini kemungkinan tidak akan sekuat kenaikan suku bunga yang dilakukan dalam beberapa bulan terakhir.
Pekan lalu, Federal Reserve AS (FED) mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,25%-5,5%, level tertinggi dalam 22 tahun terakhir. Bank of England juga mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,25%, sementara Bank Sentral Eropa mempertahankan operasi pembiayaan kembali utamanya, fasilitas pinjaman marjinal, dan fasilitas simpanan masing-masing di level 4,5%, 4,75%, dan 4%. Statistik terbaru menunjukkan tren inflasi menurun drastis, dengan zona euro di level 2,4%, AS di level 3,1%, dan Inggris di level 4,6%. Bank-bank sentral, terutama di negara-negara ekonomi utama, menyatakan bahwa suku bunga akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama agar inflasi mencapai target 2%.
Menurut Ahmet Ihsan Kaya, Kepala Ekonom di Institut Riset Ekonomi dan Sosial Nasional Inggris, keputusan bank sentral mengenai waktu dan kecepatan pemangkasan suku bunga akan menjadi salah satu pendorong utama perekonomian dunia tahun depan. Bapak Kaya berkomentar bahwa pemangkasan suku bunga acuan akan dilakukan secara bertahap karena tingkat inflasi inti masih terlalu tinggi dibandingkan target yang ditetapkan. Namun, profesor ekonomi Antonio Afonso dari Sekolah Ekonomi dan Manajemen Lisbon (Portugal) skeptis terhadap kemungkinan bank sentral mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka panjang, terutama mengingat AS akan mengadakan pemilihan presiden pada tahun 2024.
Asia- Pasifik : Penggerak Pertumbuhan
"Terlalu optimistis mengharapkan pertumbuhan ekonomi global yang positif pada tahun 2024. Namun, kami berharap beberapa hambatan akan mereda dan prospek ekonomi akan membaik pada akhir tahun 2024," ujar Bapak Wattret. Menurut proyeksi S&P Global Market Intelligence, pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2024 adalah 2,3%, lebih rendah dari perkiraan 2,7% pada tahun 2023. Sementara itu, angka yang diberikan oleh Fitch Ratings hanya 2,1% pada tahun 2024, dibandingkan dengan proyeksi revisi sebesar 2,9% pada tahun 2023.
"Dampak pengetatan moneter yang tertunda akan membebani pertumbuhan ekonomi AS tahun depan karena kredit melambat, investasi melemah, dan pertumbuhan pendapatan serta laba rumah tangga melambat. Suku bunga riil juga akan naik karena The Fed memperlambat pemangkasan suku bunga sementara inflasi kembali meningkat," ujar Brian Coulton, kepala ekonom di Fitch Ratings. Menurut Coulton, ekonomi AS diperkirakan akan melambat pada periode mendatang, seperti yang telah terjadi di banyak kawasan lain, termasuk Eropa. Coulton mengatakan bahwa sebagian besar negara di Eropa Barat telah mengalami resesi. Kepala ekonom Fitch Ratings memperkirakan zona euro akan "sedikit pulih" pada tahun 2024.
Menurut para ekonom, kawasan Asia-Pasifik akan terus menjadi pendorong utama pertumbuhan global pada tahun 2024, dan akan terdapat perbedaan-perbedaan penting di kawasan ini, terutama melambatnya laju pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Menurut proyeksi Fitch Ratings, PDB Tiongkok akan mencapai 4,5% pada tahun 2024. "Namun, dengan krisis properti yang sedang terjadi di Tiongkok, akan terdapat risiko terhadap laju pertumbuhan ekonomi negara ini," komentar Bapak Coulton.
Sementara itu, Bapak Kaya mencatat bahwa pasar negara berkembang berkinerja lebih baik daripada negara maju, tetapi beberapa negara mengalami pertumbuhan yang lebih lambat. Menurut Bapak Kaya, risiko jangka menengah hingga panjang bagi negara-negara Asia adalah perlambatan ekonomi di Tiongkok akibat hubungan dagang yang erat.
MINH CHAU
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)