Petunjuk dari masa lalu Mars yang 'bergejolak'
Setelah puluhan tahun penelitian dan eksplorasi, manusia belum menemukan bukti kuat adanya kehidupan di luar bumi, meskipun itu hanyalah bakteri (Foto: Getty).
Mars telah lama menarik perhatian khusus para ilmuwan , karena dianggap sebagai "planet saudara" Bumi berkat banyak karakteristik yang serupa, termasuk panjang hari yang hampir sama, sumbu miring yang menciptakan musim, dan terutama jejak sistem sungai dan danau purba.
Namun, bertentangan dengan ekspektasi, penelitian dan eksplorasi selama puluhan tahun belum berhasil mengungkap bukti kuat adanya kehidupan, meskipun itu hanyalah bakteri. Lalu, apa yang menyebabkan planet yang dulunya memiliki air cair menjadi gurun yang dingin dan gersang seperti sekarang ini?
Jawaban awal mungkin terletak pada penemuan baru dari penjelajah Curiosity milik NASA, yang telah mendeteksi keberadaan batuan karbonat, jenis batuan umum di Bumi yang memiliki kemampuan untuk menyerap CO₂ dari atmosfer dan menyimpannya di bawah tanah.
Ini adalah salah satu bagian yang hilang dalam proses rekonstruksi sejarah iklim Mars. Di Bumi, siklus iklim diatur oleh proses penyeimbangan.
Awalnya, CO₂ yang dilepaskan gunung berapi menghangatkan atmosfer, air hujan bergabung dengan CO₂ membentuk asam ringan yang mengikis batuan, membentuk karbonat, dan akhirnya mineral-mineral ini terkubur di kerak bumi. Gunung berapi kemudian terus "mendaur ulang" CO₂ melalui letusan.
Sebaliknya, model iklim baru di Mars menunjukkan aktivitas vulkanik yang jauh lebih lemah, yang seharusnya membuat daur ulang gas rumah kaca menjadi kurang intens. Karena CO₂ "tersedot" ke dalam batuan karbonat tanpa diisi ulang, Mars secara bertahap kehilangan atmosfernya yang memerangkap panas, yang menyebabkan penurunan efek rumah kaca alami, yang menyebabkan air membeku atau menguap.
Akibatnya, planet ini berubah dari tempat basah yang berpotensi menopang kehidupan menjadi dunia yang dingin dan kering yang bertahan selama ratusan juta tahun, dan semua kondisi kehidupan hancur.
Penemuan batuan karbonat tidak hanya menjadi bukti perubahan iklim purba di Planet Merah, tetapi juga menunjukkan bahwa ketidakseimbangan atmosfer mungkin menjadi penyebab langsung kegagalan kehidupan untuk muncul atau bertahan.
Tantangan mencari jejak kehidupan di Planet Merah
Kemungkinan adanya kehidupan di bawah tanah Mars belum dikesampingkan (Foto: NASA).
Meskipun Mars mungkin pernah mengalami periode air cair, penelitian menunjukkan kondisi ini singkat dan sporadis, seperti "oasis" kecil di tengah gurun yang luas.
“Momen-momen layak huni” ini bukanlah hal yang umum, melainkan pengecualian yang jarang terjadi, kata Dr. Edwin Kite, seorang ilmuwan planet di Universitas Chicago yang memimpin penelitian tersebut.
Model menunjukkan bahwa periode air ini diikuti oleh periode kering yang berlangsung hingga 100 juta tahun. Periode waktu ini terlalu lama dan tidak menguntungkan untuk menopang segala bentuk kehidupan berkelanjutan.
Namun, kemungkinan adanya kehidupan di bawah tanah belum dikesampingkan, karena mungkin mengandung air cair. Penemuan tanda-tanda batuan karbonat di muara danau purba oleh penjelajah Perseverance, yang sedang menjelajahi delta yang telah mengering, semakin memperkuat argumen bahwa kondisi kehidupan sementara pernah ada di Mars.
Namun, untuk memastikan keberadaan kehidupan, para ilmuwan yakin perlu membawa sampel batuan dari Mars kembali ke Bumi untuk analisis yang lebih detail. Misi Mars Sample Return milik NASA dan Tiongkok sedang dipersiapkan dengan cepat, menjanjikan akan membuka perlombaan ilmiah baru dalam dekade mendatang.
Source: https://dantri.com.vn/khoa-hoc/nasa-xac-dinh-nguyen-nhan-khien-su-song-tren-sao-hoa-chet-yeu-20250706115831218.htm
Komentar (0)