Menurut Pasal 472 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, perjanjian sewa-menyewa properti (termasuk perjanjian sewa-menyewa rumah) adalah suatu perjanjian antara para pihak. Pihak yang menyewakan (lessor) mengalihkan properti kepada pihak yang menyewakan (lessee) untuk digunakan dalam jangka waktu tertentu. Perjanjian sewa-menyewa properti dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk, seperti perjanjian lisan, perjanjian tertulis, dan perjanjian yang diaktakan atau disahkan oleh notaris.
Oleh karena itu, apakah tuan tanah bertanggung jawab bersama atas penggunaan rumah secara ilegal oleh penyewa tergantung pada dua faktor subjektif dan objektif.
Faktor subjektif: Jika tuan tanah mengetahui bahwa penyewa menggunakan properti untuk tujuan ilegal tetapi tetap menyewakannya, tuan tanah akan bertanggung jawab bersama.
Misalnya, jika penyewa menggunakan rumah sebagai tempat untuk membeli, menjual, atau menggunakan narkoba, pemilik rumah dapat dituntut atas kejahatan "Menerima dan menggunakan narkoba". Atau, jika penyewa menggunakan rumah untuk menyelenggarakan perjudian, pemilik rumah dapat dituntut atas kejahatan "Berjudi"...
Penyewaan rumah merupakan tren bisnis yang populer.
Faktor objektif: Jika tuan tanah tidak mengetahui bahwa penyewa menggunakan rumahnya untuk melakukan perbuatan melawan hukum, ia tidak bertanggung jawab secara pidana.
Misalnya, jika seorang penyewa menggunakan rumah untuk memperdagangkan narkoba, maka penyewa harus bertanggung jawab penuh, sedangkan pemilik rumah tidak terlibat.
Perlu diperhatikan, apabila pemilik rumah menemukan tindak pidana yang dilakukan penyewa di rumah yang disewanya, maka ia harus proaktif dan aktif berkoordinasi dengan pihak berwajib guna mengambil tindakan pencegahan yang tepat waktu.
Jadi, untuk memastikan tidak ada tanggung jawab bersama, tuan tanah perlu memiliki kontrak tertulis dengan ketentuan yang jelas dengan penyewa.
[iklan_2]
Sumber: https://vtcnews.vn/nguoi-thue-dung-nha-vao-viec-pham-phap-chu-nha-co-bi-lien-doi-ar901555.html
Komentar (0)