Vietnam.vn - Nền tảng quảng bá Việt Nam

Nigeria: Siswa naik sepatu roda ke sekolah untuk menghemat uang

GD&TĐ - Karena kesulitan keluarga, banyak siswa Nigeria harus mencari cara untuk menghemat uang transportasi ke sekolah, seperti sepatu roda.

Báo Giáo dục và Thời đạiBáo Giáo dục và Thời đại03/09/2025

Namun, pilihan ini penuh dengan bahaya.

Setiap pagi, Abdullahi Ahmad, 16 tahun, memakai sepatu roda lamanya dan menempuh jarak 8 km ke Sekolah Menengah Atas Kano Boys di ibu kota Nigeria, Kano. Dengan harga bensin yang meroket di luar kemampuan keluarganya, sepatu roda menjadi satu-satunya cara baginya untuk pergi ke sekolah. Namun, di balik perjalanan itu terdapat banyak bahaya di jalanan yang padat dan penuh risiko.

Abdullahi mengatakan bahwa setahun yang lalu, biaya transportasi ke sekolah berkisar antara 200 hingga 300 naira. Namun, dengan melonjaknya harga bahan bakar, angka tersebut meningkat dua kali lipat menjadi 500 hingga 600 naira. Bagi banyak keluarga Nigeria yang sudah berjuang melawan inflasi, pengeluaran yang tampaknya kecil ini telah menjadi hambatan serius.

Berbeda dengan banyak teman sebayanya yang memilih putus sekolah, Abdullahi memutuskan untuk menggunakan keterampilan berseluncur yang ia pelajari sejak kecil untuk pergi ke sekolah. Sepatu roda tersebut menjadi alat transportasi "gratis", yang membantunya melanjutkan studinya.

Di jalanan yang penuh dengan truk, sepeda motor, dan mobil yang melaju kencang, seorang remaja dengan sepatu roda menjadi terlalu kecil.

"Suatu hari, saya bertemu seorang sopir truk yang tiba-tiba berbalik arah. Saya harus segera berhenti di pinggir jalan dan berdiri di sana cukup lama karena takut. Jantung saya berdebar kencang, dan yang saya pikirkan hanyalah tertabrak," kenang Abdullahi.

Yang mengkhawatirkan adalah saat ini tidak ada peraturan atau langkah-langkah keselamatan yang berlaku bagi para pemain sepatu roda di jalanan Nigeria. Tanpa helm atau jalur khusus, Abdullahi mempertaruhkan nyawanya setiap hari.

Meski menghadapi bahaya setiap hari, Abdullahi pantang menyerah. Ia masih bercita-cita menjadi dokter di masa depan, agar dapat lepas dari lingkaran setan kemiskinan dan berkontribusi bagi masyarakat. Abdullahi menegaskan: “Saya memprioritaskan studi saya di atas segalanya. Saya tahu ini berisiko, tetapi saya tidak bisa membolos. Saya ingin menjadi dokter dan saya tidak akan menyerah.”

Kisah Abdullahi mencerminkan realitas yang lebih luas. Jutaan siswa di negara berkembang berisiko terganggu pendidikannya akibat biaya transportasi. Di Nigeria, yang perekonomiannya terpukul keras oleh fluktuasi harga minyak dan depresiasi mata uang, inflasi berdampak langsung pada kebutuhan dasar seperti pangan, transportasi, dan pendidikan.

Studi terbaru menunjukkan bahwa angka putus sekolah menengah di Nigeria sedang meningkat, terutama di daerah berpenghasilan rendah. Ketika biaya transportasi menjadi tidak terjangkau, banyak siswa memilih untuk putus sekolah atau bekerja lebih awal untuk menghidupi keluarga mereka. Kegigihan Abdullahi di sekolah, terlepas dari kesulitan yang dihadapi, merupakan bukti tekad dan keyakinannya akan masa depan.

Krisis ekonomi global menimbulkan tantangan serius bagi kaum muda di negara-negara berkembang. Tanpa kebijakan yang mendukung transportasi sekolah, beasiswa perjalanan, atau investasi infrastruktur, lebih banyak siswa mungkin terpaksa meninggalkan impian pendidikan mereka.

Selagi Abdullahi terus bersepatu roda ke sekolah setiap pagi, bayangannya dengan sepatu roda mungilnya di tengah hiruk pikuk lalu lintas telah menjadi simbol hasrat untuk belajar dan tekad untuk sukses. Namun, ini juga menjadi pengingat bahwa pendidikan , agar benar-benar adil dan berkelanjutan, membutuhkan dukungan kuat dari keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

Orang tua Abdullahi, yang bekerja di sektor informal dengan kondisi yang tidak menentu, mengakui bahwa mereka tidak lagi mampu membiayainya. "Ada hari-hari ketika kami bangun dengan tangan hampa, tidak mampu membayar biaya hidup dasar," kata sang ibu. "Kami menyadari risikonya, tetapi kami harus menyekolahkan anak-anak kami dengan cara itu, dengan bimbingan dan doa yang saksama."

Menurut DW

Sumber: https://giaoducthoidai.vn/nigeria-hoc-sinh-truot-roller-den-truong-de-tiet-kiem-chi-phi-post746461.html


Topik: Nigeria

Komentar (0)

No data
No data

Dalam topik yang sama

Dalam kategori yang sama

Sawah terasering yang sangat indah di lembah Luc Hon
Bunga 'kaya' seharga 1 juta VND per bunga masih populer pada tanggal 20 Oktober
Film Vietnam dan Perjalanan Menuju Oscar
Anak muda pergi ke Barat Laut untuk melihat musim padi terindah tahun ini

Dari penulis yang sama

Warisan

Angka

Bisnis

Anak muda pergi ke Barat Laut untuk melihat musim padi terindah tahun ini

Peristiwa terkini

Sistem Politik

Lokal

Produk