Kebutuhan adalah ibu dari penemuan
Bapak Vo Van Khoa (tinggal di kecamatan Hoa Son, kecamatan Hoa Vang) sudah lama menggemari tanaman padi dan teratai sejak kecil, namun tempat tinggalnya sering banjir sehingga sawahnya kurang efisien secara ekonomi .
Bapak Vo Van Khoa sukses dengan model budidaya ikan yang dipadukan dengan layanan pemancingan rekreasi (Foto: Hoai Son).
Setelah berpikir panjang, menyadari keuntungan dari lahan yang luas, ia memutuskan untuk tidak lagi menanam padi dan teratai, melainkan menggali kolam untuk beternak ikan. Setelah berpikir dan bertindak, ia menginvestasikan ratusan juta dong untuk beternak ikan basa, burung, dan lele hibrida.
Saat pertama kali mengawali kariernya, karena minimnya pengalaman di bidang akuakultur, ikan-ikan yang pertama kali dipeliharanya tumbuh lambat dan kemudian mati massal, yang mengakibatkan kerugian.
Tanpa gentar, ia pergi ke peternakan besar untuk belajar tentang budidaya ikan air tawar dan mencari informasi di buku dan surat kabar untuk memahami kebiasaan spesies ikan yang ingin dibesarkannya.
Setelah beberapa waktu belajar, ia memutuskan untuk merenovasi kolam, membersihkan lingkungan air dan tepian kolam, lalu melepaskan ikan-ikan kelompok kedua. Berkat perawatan yang tepat, kelompok ini menghasilkan hasil panen yang tinggi.
Bapak Khoa memiliki 4 kolam ikan di lahan seluas 2 hektar (Foto: Hoai Son).
Namun, ia menghadapi kesulitan lain seperti hasil produksi yang tidak stabil, harga pasar yang rendah, dan pendapatan yang rendah. Saat itu, ia berpikir untuk membuka layanan memancing rekreasi, menciptakan taman bermain bagi para pemancing, sekaligus meningkatkan hasil produksi ikan.
Ia memperluas beberapa kolam di lahan seluas 2 hektar, memelihara lebih banyak ikan mas, nila, dan nila merah. Ia juga menanam banyak pohon kelapa di sepanjang jalan setapak di sekitar kolam untuk menciptakan lanskap yang semarak, sebuah spot foto baru dan unik yang menarik wisatawan.
Selain itu, Bapak Khoa juga menyiapkan bangku-bangku batu dan membangun gubuk-gubuk beratap jerami untuk para tamu beristirahat. Beliau juga membangun restoran dan dapur untuk menyiapkan dan menyajikan masakan pedesaan guna memenuhi kebutuhan wisatawan.
Pak Khoa juga mengungkapkan bahwa setiap dua minggu, ia melepaskan lebih banyak ikan ke kolam karena ia takut nelayan akan "kehilangan ikan mereka". Oleh karena itu, ia selalu menjadi mitra bisnis bagi banyak nelayan di Da Nang dan sekitarnya.
Keuntungan ratusan juta dong
Menurut Bapak Khoa, untuk menjaga ikan tetap sehat dan lingkungan sekitar tetap bersih, ia selalu membersihkan kolam dan mengganti air secara berkala agar tercipta oksigen bagi ikan dan terhindar dari bau tak sedap.
Sumber pakan ikannya adalah makanan yang dimasak untuk menghindari pencemaran air dan membantu ikan makan lebih cepat. Selain itu, ia juga menambahkan tepung agar ikan tumbuh cepat dan sehat.
Layanan memancing rekreasi menarik wisatawan untuk mencobanya (Foto: Hoai Son).
Menurut Bapak Khoa, memelihara ikan untuk keperluan memancing jauh lebih sulit daripada memelihara ikan untuk konsumsi, tetapi sebagai imbalannya, nilai ekonominya lebih tinggi. Jika memelihara ikan untuk tujuan komersial, ikan tersebut akan dijual setelah sekitar 6 bulan, sementara kolam untuk memancing ikan akan terus dipelihara untuk melayani wisatawan memancing.
Harga jasa memancing adalah 50.000 VND/orang (tanpa ikan), 250.000 VND/orang (ikan boleh dibawa). Wisatawan dapat membeli ikan hasil tangkapan sesuai kebutuhan dengan harga 25.000-65.000 VND/kg, tergantung jenisnya.
Rata-rata, setiap tahun, model budidaya ikan yang dikombinasikan dengan layanan memancing rekreasi menghasilkan keuntungan ratusan juta dong bagi keluarga Pak Khoa. Selain itu, beliau juga menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 7 pekerja dengan gaji yang stabil.
Tak hanya beternak ikan, ia juga dengan berani mengembangkan model ekonomi kebun-kolam-lumbung. Di tepi kolam, ia menanam berbagai jenis pohon buah untuk melayani wisatawan.
Bapak Khoa memanfaatkan bahan makanan untuk membuat makanan guna membesarkan larva lalat tentara hitam (Foto: Hoai Son).
Baru-baru ini, ia juga belajar beternak cacing kalsium untuk pakan ayam. Pak Khoa mengatakan bahwa ini adalah larva lalat tentara hitam. Cara beternaknya cukup sederhana, menggunakan kotak styrofoam, ember, baskom, atau tong plastik sebagai tempat berlindung bagi cacing. Makanan cacing ini adalah limbah sayuran hijau.
Selain ikan dan cacing kalsium, memanfaatkan padang rumput di sekitarnya, ia juga berinvestasi dalam beternak 19 sapi, senilai ratusan juta dong. Berkat penerapan teknik perawatan yang tepat, kawanan sapi tersebut tumbuh dengan sehat.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)