Dalam beberapa jam terakhir, foto tangan kecil, gelap, dan pecah-pecah seorang anak laki-laki berusia 8 tahun di wilayah pegunungan Son La telah membangkitkan emosi yang kuat. Hanya sedikit orang yang tahu bahwa di balik foto viral itu terdapat situasi istimewa, tekad yang kuat, dan kecintaan untuk belajar.
Foto tersebut diunggah dengan judul: "Tangan seorang anak laki-laki berusia 8 tahun, yang harus menangkap kepiting dan ikan untuk keluarganya, tetapi ia tetap rajin bersekolah."
Hanya dalam waktu singkat setelah diposting, gambar tersebut menarik lebih dari 1,1 juta tampilan, ribuan komentar emosional, dan pembagian.
Orang yang mengunggah foto tersebut adalah Ibu Lo Thi Nhung, seorang guru kelas 3A8, sekolah Muong Chien, Sekolah Dasar Ngoc Chien, kecamatan Muong Lai, provinsi Son La.

Gambar tangan A Dao menggerakkan banyak orang (Foto: NVCC).
Berbagi dengan reporter Dan Tri, Ibu Nhung tidak dapat menyembunyikan emosinya saat berbicara tentang muridnya Mua A Dao, tokoh utama dalam foto yang menggerakkan jutaan orang.
Ibu Nhung mengatakan bahwa rumah A Dao berjarak sekitar 4 km dari sekolah. Situasi keluarganya sangat sulit karena ayahnya, Bapak Mua A Vang, telah kehilangan kemampuan untuk bekerja, sementara ibunya tidak pulang selama dua tahun terakhir.
A Dao memiliki empat saudara kandung. Kakak perempuannya duduk di kelas 7 SD, tetapi sering membolos karena harus tinggal di rumah untuk menggembalakan kerbau dan mencari nafkah. Kakak laki-lakinya duduk di kelas 5 SD, penyandang disabilitas, dan sering membolos karena keluarganya terlalu miskin.
“Setiap hari sepulang sekolah, A Dao harus menangkap kepiting dan memancing untuk keluarganya. Beberapa hari dalam perjalanan pulang sekolah, ia mampir ke kolam dan sungai untuk mencari makanan. Sering kali, ia mengenakan pakaian basah ke kelas. Saya meminta Dao untuk berganti pakaian baru sebelum pergi ke sekolah,” ujar Ibu Nhung.
Menceritakan perjalanan A Dao ke sekolah, Ibu Nhung mengatakan bahwa di awal tahun ajaran, A Dao sering membolos. Namun, dengan gigih, Ibu Nhung pergi ke rumahnya untuk membujuknya kembali ke sekolah.
Selama musim dingin baru-baru ini, Dao juga tidak masuk sekolah selama beberapa hari karena cuacanya terlalu dingin. Saya meminta baju dan buku bekas dari sekolah dan membelikannya sandal baru. Meskipun Dao belajar lebih lambat daripada teman-temannya, guru dan muridnya saling menyemangati dan dia terus datang ke kelas,” ungkap Ibu Nhung.

A Dao didorong oleh guru Nhung dan sekolah setiap hari untuk pergi ke kelas (Foto: NVCC).
Guru itu juga dengan emosional mengatakan bahwa A Dao sering harus membawa nasi putih ke sekolah, dengan makanan yang hanya terdiri dari sedikit sayuran dan acar rebung dari hutan. Pada hari-hari keberuntungan, makanannya akan berisi telur.
"Ada suatu hari Dao pulang sekolah pagi-pagi dan tidak masuk sekolah sore harinya. Saya tanya teman-temannya dan ternyata dia tidak membawa bekal makan siang, jadi dia bolos sekolah," tambah wali kelas tersebut.
Setelah foto tangan A Dao diunggah, bocah itu mendapat perhatian dan dukungan awal dari masyarakat, seperti tas sekolah dan pakaian.
Ibu Nhung mengatakan bahwa kelas tersebut memiliki lebih dari 30 siswa, yang 2/3nya adalah anak-anak dari etnis minoritas dengan banyak kesulitan. Dao bukan satu-satunya kasus yang sulit.
"Sebagian besar anak-anak tinggal bersama kakek-nenek mereka karena orang tua mereka bekerja jauh atau terikat kebijakan hukum. Ada kalanya saya harus membuat mi untuk Dao atau beberapa siswa karena mereka lupa membawa bekal makan siang," ungkap Ibu Nhung tentang kenyataan di sekolah.

Meski belajarnya lambat, A Dao tetap berusaha bersekolah (Foto: NVCC).
Berbicara tentang kesulitan umum, Ibu Le Thu Ha, Wakil Kepala Sekolah Dasar Ngoc Chien, mengatakan bahwa sekolah Muong Chien adalah salah satu dari 11 sekolah di sekolah tersebut.
Dari lebih dari 1.000 siswa sekolah, sekitar 98% adalah anak-anak etnis minoritas yang hidup dalam kondisi yang sangat sulit. Banyak di antara mereka yatim piatu, beberapa harus tinggal bersama kakek-nenek atau kerabat. Beberapa siswa, seperti A Dao, menjadi pencari nafkah bagi keluarga mereka dan mulai bekerja di usia yang sangat muda.
Menurut Ibu Ha, karena kesulitan ekonomi , siswa sering putus sekolah. Guru juga harus berbagi makanan dan pakaian dengan siswa di luar jam pelajaran, sekaligus mendorong dan mendukung siswa untuk bersekolah secara teratur.
"Sebelumnya, sekolah ini memang pernah menerima dukungan dari para dermawan, tetapi masih banyak siswa yang berada dalam kondisi sulit. Mereka harus bekerja keras setiap hari untuk bisa bersekolah," ujar Wakil Kepala Sekolah Le Thu Ha.
Sumber: https://dantri.com.vn/giao-duc/phia-sau-buc-anh-ban-tay-cau-be-8-tuoi-o-vung-cao-khien-trieu-nguoi-lay-dong-20251204124342301.htm






Komentar (0)