Surat kabar The Nation melaporkan bahwa kabinet Thailand memutuskan pada tanggal 31 Oktober untuk menyetujui proposal dari Kementerian Perdagangan untuk menambahkan gula ke dalam daftar barang yang dikenakan pengendalian harga. Keputusan tersebut, yang diumumkan oleh Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin setelah rapat kabinet pada hari yang sama, akan berlaku efektif pada tanggal 1 November.
Gula pasir yang dijual di supermarket di Bangkok.
Komite Pusat Penetapan Harga Barang dan Jasa, yang diketuai oleh Menteri Perdagangan Phumtham Wechayachai, sebelumnya sepakat untuk mengelola harga gula guna mengurangi dampak terhadap konsumen. Tindakan ini diambil setelah Dewan Gula Thailand mengumumkan pekan lalu bahwa mereka akan menaikkan harga gula dari pabrik sebesar 4 baht (sekitar 2.700 VND) per kilogram. Pengumuman ini menyebabkan konsumen berbondong-bondong membeli gula karena kekhawatiran akan kenaikan harga.
Pihak berwenang mengumumkan bahwa harga pabrik untuk gula pasir dan gula rafinasi akan dipertahankan masing-masing sebesar 19 dan 20 baht per kilogram. Harga eceran akan menjadi 24 dan 25 baht untuk setiap jenisnya.
Selain mempertahankan harga tetap, pihak berwenang juga akan mengontrol ekspor gula. Perusahaan mana pun yang ingin mengekspor lebih dari satu ton gula harus mendapatkan izin dari badan pengatur. Bapak Phumtham mengatakan bahwa keputusan pemerintah tidak akan memengaruhi petani tebu karena mereka akan terus menerima subsidi pemerintah .
Sebelum Thailand, India mengumumkan rencana untuk melarang ekspor gula selama musim panen yang dimulai pada bulan Oktober, larangan pertama dalam tujuh tahun terakhir. Pada 18 Oktober, PTI melaporkan bahwa pemerintah India telah memperpanjang larangan ekspor gula hingga setelah bulan Oktober dan sampai pemberitahuan lebih lanjut. Keputusan ini dibuat untuk memenuhi permintaan domestik selama musim perayaan.
India adalah produsen gula terbesar di dunia dan eksportir gula terbesar kedua. Gula merupakan komoditas yang dikendalikan, dan produsen harus mendapatkan izin dari pemerintah jika ingin menjualnya ke luar negeri.
Tautan sumber






Komentar (0)