Presiden Chili Gabriel Boric telah menetapkan preseden baru dengan menegaskan klaim kedaulatannya atas Antartika melalui perjalanan ke wilayah es tersebut.
Pada tahun 1959, Perjanjian Antartika ditandatangani oleh 12 negara dengan isi utama hanya mengizinkan penelitian ilmiah dan melarang semua operasi militer di Antartika. Hingga saat ini, 54 negara di dunia telah bergabung dengan Perjanjian Antartika. Chili, bersama dengan AS, Inggris, Prancis, Jepang, dan Argentina, adalah 6 negara yang memiliki stasiun penelitian mereka sendiri di Antartika. Isu kedaulatan nasional tidak dibahas dalam perjanjian tersebut.
Foto Gabriel Boric di Antartika minggu lalu
Bapak Boric menciptakan preseden baru ketika beliau secara pribadi mengunjungi Antartika dan menegaskan kedaulatan Chili atas Antartika. Hingga saat ini, Bapak Boric adalah kepala negara pertama di dunia yang mengunjungi Antartika dan juga menegaskan kedaulatan Chili atas Antartika.
Dari enam negara yang saat ini memiliki stasiun penelitian di Antartika, Chili dan Argentina secara geografis paling dekat dengan Kutub Selatan. Kedekatan geografis ini memainkan peran penting dalam keputusan Tuan Boric untuk menetapkan kedaulatan Chili di Antartika. Perubahan iklim global menyebabkan es yang tampaknya abadi itu perlahan mencair. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknik, dan teknologi telah membuat eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam yang melimpah di Arktik dan Antartika menjadi lebih layak dan menjanjikan. Persaingan antara banyak mitra di dunia untuk menguasai wilayah di Arktik dan Antartika semakin sengit.
Bapak Boric menyambut tren ini untuk Chili dan bermaksud untuk tetap menjadi yang terdepan di antara mitra-mitra lain sebisa mungkin dan di saat yang masih memungkinkan untuk tetap unggul. Konsekuensi yang tak terelakkan adalah bahwa tidak hanya penelitian ilmiah tetapi juga kedaulatan nasional akan semakin aktif di Antartika, mengubah benua dingin ini menjadi pusat geopolitik baru.
[iklan_2]
Sumber: https://thanhnien.vn/tao-tien-le-chu-quyen-185250107214840371.htm
Komentar (0)