Sementara banyak negara Barat, terutama Amerika Serikat, memperketat kebijakan pendidikan tinggi mereka dan membatasi kehadiran mahasiswa internasional, Tiongkok telah memilih jalan yang berbeda, memandang internasionalisasi pendidikan tinggi sebagai bagian dari strategi kekuatan lunak nasionalnya.
Perubahan terkini dalam kebijakan AS, mulai dari pencabutan hak pendaftaran mahasiswa internasional di Universitas Harvard, hingga memperketat kontrol visa dan memandang mahasiswa asing sebagai risiko keamanan, telah membuat banyak mahasiswa internasional khawatir.
Kekhawatiran akan lingkungan akademis yang tidak stabil telah menurunkan permintaan untuk belajar di AS. Di sisi lain, Tiongkok memanfaatkan momen ini untuk memperkuat posisinya sebagai tujuan akademis global.
Pascapan pandemi Covid-19, Beijing telah menetapkan pemulihan dan peningkatan jumlah mahasiswa internasional sebagai prioritas utama. Universitas-universitas di Tiongkok telah mendesain ulang program pelatihan mereka, dengan fokus pada jurusan interdisipliner yang sejalan dengan tren global dan kebutuhan sumber daya manusia perusahaan-perusahaan Tiongkok.
Sistem beasiswa penuh, yang mencakup biaya kuliah, akomodasi, dan biaya hidup, terus dipertahankan, menjadikan China tujuan yang menarik bagi pelajar dari negara berkembang.
Mulai 1 Oktober 2025, Tiongkok resmi meluncurkan visa K baru khusus bagi para profesional muda di bidang sains dan teknologi. Hal ini bertujuan untuk menarik talenta global, sekaligus menciptakan peluang bagi mahasiswa internasional untuk magang dan mendapatkan pengalaman praktis di Tiongkok.
Selain itu, Tiongkok juga mempromosikan sistem manajemen siswa terpadu untuk siswa domestik dan internasional, menghilangkan hambatan administratif, dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih setara. Beberapa sekolah di Beijing telah bereksperimen dengan asrama campuran dan kegiatan kelompok untuk mendorong pertukaran lintas budaya dan meningkatkan integrasi sosial.
Tiongkok tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan jumlah mahasiswa internasional, tetapi juga berfokus pada peningkatan kualitas penerimaan mahasiswa. Mulai tahun 2025, Tiongkok akan meluncurkan Tes Bakat Akademik Universitas untuk Pelamar Internasional, yang akan menyempurnakan standar penerimaan dan mendekati standar akademik internasional. Kebijakan beasiswa juga akan disesuaikan, dengan fokus pada mahasiswa tingkat sarjana, alih-alih program studi persiapan, yang mencerminkan tekad untuk meningkatkan kualitas pelatihan dan reputasi akademik global.
Kementerian Pendidikan Tiongkok mendorong universitas untuk bekerja sama dengan organisasi internasional, meluncurkan program gelar ganda, dan fasilitas pelatihan bersama. Model kerja sama ini membantu universitas-universitas Tiongkok memperdalam integrasi mereka ke dalam jaringan akademik global, mendiversifikasi program pelatihan, dan meningkatkan reputasi akademik mereka. Model seperti Kampus Malaysia Universitas Xiamen dan Kampus Laos Universitas Suzhou menunjukkan kemampuan adaptasi pendidikan Tiongkok dalam konteks internasionalisasi.
Sejalan dengan itu, Tiongkok telah berinvestasi besar-besaran dalam pendidikan digital sebagai alat strategis untuk memperluas pengaruh globalnya. Sejak peluncuran Strategi Digitalisasi Pendidikan Nasional 2022, platform "Pendidikan Cerdas Nasional" telah menjadi repositori data pembelajaran digital terbesar di dunia , melayani lebih dari 220 negara dan wilayah. Inisiatif ini telah diakui oleh UNESCO dengan Penghargaan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan.
Program Pertukaran Pelajar Muda (YES), yang diluncurkan pada tahun 2024 untuk mendorong pelajar dari Amerika Serikat dan negara-negara lain untuk belajar dan meneliti di Tiongkok, telah diperluas ke puluhan negara pada tahun 2025, yang menunjukkan komitmen Beijing untuk memperkuat diplomasi pendidikan.
Sumber: https://giaoducthoidai.vn/trung-quoc-day-manh-giao-duc-toan-cau-post753365.html
Komentar (0)