
Pada pukul 15.21 tanggal 2 Desember waktu Vietnam, harga minyak mentah Brent Laut Utara naik 1 sen AS, setara dengan 0,02%, menjadi 63,18 dolar AS/barel. Harga minyak mentah light sweet AS (WTI) naik 6 sen AS, atau 0,1%, menjadi 59,38 dolar AS/barel. Kedua jenis minyak tersebut naik lebih dari 1% pada sesi sebelumnya, di mana harga minyak WTI mencapai level tertinggi dalam dua minggu.
Harga minyak bertahan pada kenaikan karena para pedagang menunggu langkah Presiden Trump mengenai Venezuela dan menilai kerusakan di pelabuhan Laut Hitam, kata analis di Saxo Bank.
Pada tanggal 1 Desember, Konsorsium Pipa Kaspia (CPC) mengumumkan bahwa mereka telah melanjutkan transportasi minyak dari titik tambatan di pelabuhan Laut Hitam setelah serangan pesawat tak berawak besar pada tanggal 29 November.
Analis di konsultan energi Ritterbusch and Associates mengatakan perkembangan militer memperkuat pandangan mereka bahwa kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina tidak mungkin tercapai dalam waktu dekat, yang akan mendukung harga minyak.
Faktor lain yang muncul bagi pasar minyak adalah gejolak yang melanda Venezuela, ujar Suvro Sarkar, kepala energi di DBS Bank. Meskipun konflik besar-besaran kecil kemungkinannya, peristiwa yang sedang berlangsung dapat mengganggu stabilitas negara dan mengancam produksi serta ekspor minyak.
Selain itu, Bapak Sarkar berkomentar bahwa sikap Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang juga dikenal sebagai OPEC+, terkait manajemen pasokan tetap menjadi faktor pendukung harga minyak. OPEC+ baru-baru ini menegaskan kembali rencana untuk menghentikan sementara pertumbuhan produksi pada kuartal pertama tahun 2026 karena meningkatnya kekhawatiran tentang kemungkinan kelebihan pasokan.
Sumber: https://baotintuc.vn/kinh-te/vang-den-giu-duoc-da-tang-truoc-cac-rui-ro-dia-chinh-tri-20251202153509866.htm






Komentar (0)