Salmon terkenal sebagai makanan yang sangat bergizi. Dalam 100 gram salmon terdapat sekitar 180 kalori, 22 hingga 25 gram protein, dan asam lemak omega-3. bersama dengan banyak nutrisi lain seperti vitamin B6, B12, selenium, niasin, menurut situs web nutrisi dan kesehatan Eat This, Not That! (AS).
Daging salmon sangat bergizi, terutama asam lemak omega-3 yang sangat bermanfaat untuk kesehatan mata.
Setelah matang, salmon panas tidak boleh langsung didinginkan. Ikan yang sudah matang harus didinginkan hingga suhu ruang sebelum didinginkan. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah ikan tidak boleh dibiarkan pada suhu ruang lebih dari 2 jam.
Penyimpanan yang tidak tepat dapat menyebabkan salmon membusuk, meskipun disimpan di lemari es. Setelah dingin, ikan harus dibungkus dalam kantong tertutup rapat sebelum dimasukkan ke dalam lemari es. Ini akan membantu mengurangi penyebaran bakteri dari makanan lain di lemari es dan perkembangannya pada daging salmon. Jika Anda berhati-hati, beri label tanggal mulai menyimpannya di lemari es agar mudah dilacak.
Suhu ideal untuk menyimpan salmon adalah di bawah 4,4°C (40°F), bahkan lebih dingin lebih baik. Ini akan membantu memperlambat pertumbuhan bakteri dan menjaga ikan lebih lama. Dengan demikian, salmon yang sudah matang dapat disimpan dengan aman di lemari es selama 3 hingga 4 hari.
Selain itu, faktor lain yang memengaruhi lama penyimpanan salmon matang adalah kesegaran awal ikan, suhu daging saat segar, dan metode pengolahannya. Jika salmon berkualitas tinggi dan tidak berbau busuk, ikan matang dapat disimpan di lemari es hingga 4 hari. Jika disimpan di dalam freezer, salmon matang dapat disimpan selama 2-3 bulan.
Saat mengeluarkan salmon untuk dimasak kembali, orang juga perlu mengenali tanda-tanda ikan busuk dan kapan harus membuangnya. Tanda-tanda ikan busuk yang paling jelas adalah bau asam atau daging yang terlepas, dan perubahan warna.
Jika Anda lupa dan meninggalkan ikan di kulkas selama lebih dari 4 hari, sebaiknya dibuang. Ini adalah pilihan teraman untuk menghindari risiko keracunan makanan, menurut Eat This, Not That!.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)