Departemen Keamanan Informasi (Kementerian Informasi dan Komunikasi) baru saja memperingatkan tentang meningkatnya jumlah kelompok yang mengkhususkan diri dalam menyediakan layanan tanda terima transfer uang palsu untuk tujuan penipuan dan perampasan properti.
Semakin banyak kelompok yang mengkhususkan diri dalam menyediakan layanan tanda terima transfer uang palsu untuk menipu orang.
Menurut Departemen Keamanan Informasi, pembelian dan penjualan barang serta pengenalan produk di platform sosial seperti Facebook dan TikTok menjadi semakin populer.
Untuk mengambil keuntungan dan mengambil barang serta uang, banyak pelaku kejahatan sengaja membuat bukti transfer palsu untuk mengelabui penjual. Hebatnya, kelompok-kelompok ini beranggotakan hingga puluhan ribu orang.
Departemen Keamanan Informasi mengatakan bahwa para pelaku menggunakan akun virtual untuk memasang iklan tentang layanan penerimaan transfer uang palsu dari sejumlah bank berbeda, memasang nomor telepon secara publik pada postingan untuk dihubungi untuk urusan pekerjaan melalui platform Zalo atau Telegram, dan memasang produk jadi untuk menciptakan prestise...
Para pelaku juga membuat sejumlah situs web palsu atau memanfaatkan kemudahan dan popularitas kode QR untuk melakukan penipuan. Struk transfer memiliki antarmuka yang sangat sulit dibedakan dengan informasi lengkap dan font yang terlihat seperti asli, sehingga sangat sulit dibedakan. Struk-struk tersebut memiliki informasi lengkap dan font yang terlihat seperti asli, sehingga mudah tertukar jika hanya dilihat sekilas.
Untuk menghindari penipuan, Departemen Keamanan Informasi menyarankan agar masyarakat lebih waspada terhadap pihak yang menawarkan pembelian barang dalam jumlah besar. Saat bertransaksi melalui rekening bank, penting untuk memperhatikan faktur dengan saksama. Perintah transfer, jangan kirimkan jika uang belum diterima di akun, meskipun subjek telah memberikan gambar transfer yang berhasil.
Masyarakat harus benar-benar memperhatikan untuk tidak memberikan nama login, kata sandi aplikasi, kode autentikasi satu kali (OTP), email, dll. kepada siapa pun yang mengaku sebagai karyawan bank atau instansi pemerintah.
Selain itu, Anda juga harus memeriksa informasi penerima sebelum melakukan transfer uang secara online. Jika Anda mencurigai atau menjadi korban penipuan jenis ini, segera laporkan kepada pihak berwenang untuk diselidiki.
Departemen Keamanan Informasi juga memperingatkan adanya bentuk penipuan yang melibatkan pemalsuan komitmen bank, dengan meminta korban membayar biaya untuk mengonfirmasi saldo yang ditangguhkan di rekening bank mereka. Dalam kasus ini, korban mungkin tidak tahu mengapa rekening mereka ditransfer sejumlah besar uang, tetapi karena keserakahan, mereka tetap tertipu.
Unit ini juga memberi peringatan bahwa apabila ada oknum yang mengaku pegawai bank menghubungi dan mengajukan permintaan tertentu, maka pemilik rekening diharapkan menghubungi pihak bank melalui hotline yang telah diumumkan secara resmi atau mendatangi kantor pusat bank untuk mengklarifikasi informasi tersebut.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)