Vietnam.vn - Nền tảng quảng bá Việt Nam

Độc lập - Tự do - Hạnh phúc

Jangan biarkan siswa menangis selama ujian!

Báo Thanh niênBáo Thanh niên09/01/2024

[iklan_1]

Para siswa dengan cemas menunggu nilai mereka

Anak-anak di kelas saya dengan penuh semangat menunggu saat mereka akan mengembalikan kertas ujian mereka, tetapi mereka juga merasa gugup karena takut dengan pena merah terang yang menandai setiap nilai. Membiasakan diri belajar di kelas satu SMP tidaklah mudah, terutama ketika belajar dengan "butiran beras di lantai" di sekolah dengan ujian masuk yang ketat di Kota Hue (Thua Thien-Hue). Anak-anak berusaha sebaik mungkin untuk membiasakan diri dengan lingkungan belajar yang baru dan beradaptasi dengan metode pembelajaran yang baru.

Namun, dari cerita-cerita tentang sekolah yang diceritakan putri saya, saya menyadari bahwa banyak anak terbebani oleh tekanan belajar, nilai, dan prestasi yang tak terhitung jumlahnya. Beberapa siswa "terkejut" ketika mendapat nilai 5 untuk tes matematika 15 menit pertama mereka, wajah mereka tertunduk di atas meja, terisak-isak, dan merasa sedih selama seminggu penuh karena keterbatasan kemampuan mereka.

Đừng để nước mắt học sinh rơi trong giây phút trả bài kiểm tra!- Ảnh 1.

Setelah seharian belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah, tibalah waktunya untuk menyerahkan ujian semester Anda.

ILUSTRASI: DAO NGOC THACH

Ada seorang teman yang melewatkan beberapa halaman di catatan biologinya. Ketika gurunya memeriksa, ia mendapati bahwa teman tersebut telah mengikuti jadwal kelas tambahan sepanjang pagi dan baru menyelesaikan catatannya larut malam ketika tiba di rumah. Ia terpaksa diam-diam mengeluarkan catatannya untuk mengerjakan PR satu mata pelajaran di kelas mata pelajaran lain.

Ketua kelompok di sebelahnya adalah siswa matematika yang sangat baik dan jarang menyerah saat mengerjakan soal sulit di kelas. Namun, ketika tiba saatnya membagikan soal sejarah dan geografi, ia gugup, tangannya mengepal, matanya terpejam saat melirik nilai ujian, lalu terkejut melihat nilai 8. Temannya menoleh kepadanya dan berkata: "Ada perang malam ini di rumahku"...

Orang tua menghadapi nilai anak-anaknya dengan tatapan tajam

Apakah kita terlalu memaksakan anak-anak kita ketika kita mengharapkan mereka mendapatkan nilai sempurna, pandai dalam semua mata pelajaran, dan berprestasi dalam segala aspek? Meskipun kita tahu bahwa setiap anak memiliki kemampuan, kekuatan, dan kelemahan yang berbeda, orang tua seringkali melihat pola yang sama dan memaksa anak-anak mereka untuk belajar, mengikuti ujian, dan sebagainya.

Setelah seharian belajar dengan segudang pekerjaan rumah yang membuat stres, belajar keras dan berjuang dengan lebih dari selusin ujian akhir, sekaranglah saatnya bagi anak-anak untuk menunggu dengan cemas dan gugup nilai mereka.

Berapa banyak orang tua yang dengan tenang menerima hasil ujian anak-anak mereka, padahal itu hanyalah ujian akhir untuk menilai kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran dan menjadi dasar penyesuaian metode mengajar guru? Kita masih memandang nilai anak-anak kita dengan tatapan tajam, dengan ekspektasi tinggi, dan dengan perbandingan dengan kemampuan teman-temannya.

Kita lupa bahwa kita pernah berharap anak-anak kita terlahir sebagai anak normal, bahwa kita berharap mereka menemukan kebahagiaan di setiap hari di sekolah, bahwa mereka akan menuai buah manis pembelajaran melalui usaha dan tekad mereka sendiri untuk mengatasi kesulitan. Lalu, kita buru-buru memaksa anak-anak kita mengejar nilai ujian?

Kita lupa betapa terkejutnya kita ketika melihat statistik tentang tingkat anak-anak dengan gangguan kecemasan akibat tekanan akademis, dan bahwa kita saling meminta untuk melonggarkan ekspektasi terhadap anak-anak, padahal di sana-sini beredar rumor tentang anak-anak bodoh yang memilih jalan negatif untuk melepaskan diri dari beban dan tekanan jadwal akademik yang padat. Namun, kita masih fokus membandingkan setiap skor, mempertanyakan, dan mengancam ketika hasil tes tidak sesuai harapan?

Kecemasan membuncah di hati anak-anak tepat saat mereka menantikan setiap kenaikan kelas. Dan pertemuan orang tua-guru pertengahan tahun semakin dekat, berharap tidak ada air mata yang menetes di tengah kritik dan penolakan dari orang dewasa.


[iklan_2]
Tautan sumber

Komentar (0)

No data
No data

Dalam topik yang sama

Dalam kategori yang sama

Lapangan Ba ​​Dinh menyala sebelum dimulainya acara A80
Sebelum parade, parade A80: 'Pawai' membentang dari masa lalu hingga masa kini
Suasana Seru Jelang 'G Hour': Puluhan Ribu Orang Antusias Saksikan Parade 2 September
Jet tempur Su-30-MK2 jatuhkan peluru pengacau, helikopter mengibarkan bendera di langit ibu kota

Dari penulis yang sama

Warisan

Angka

Bisnis

No videos available

Berita

Sistem Politik

Lokal

Produk