Déjà vu, di mana seseorang merasa bahwa kejadian yang terjadi di depannya seolah terjadi di masa lalu, terkait dengan proses pengolahan informasi dan ingatan di otak.
Menurut Sanam Hafeez, seorang psikolog klinis dan ahli saraf di Holistic Psychology Consulting, ini adalah fenomena di mana seseorang merasakan keakraban ketika berada dalam situasi baru yang belum pernah dialami sebelumnya. Banyak orang mengalami kondisi ini berkali-kali, tetapi momennya terlalu singkat untuk disadari.
Déjà vu adalah pengalaman singkat dan umum yang memengaruhi orang-orang dari segala usia, tetapi tidak dianggap sebagai kondisi medis. Sekitar 60% hingga 70% orang sehat mengalami beberapa bentuk déjà vu dalam hidup mereka. WebMD menunjukkan bahwa pemandangan dan suara yang familiar dapat memicu perasaan tersebut.
“Anda bisa saja masuk ke ruangan atau gedung yang sama sekali asing dan tetap merasa seperti mengenalnya,” jelas Hafeez.
Menurut Kesehatan, déjà vu lebih mungkin terjadi pada orang berusia antara 15 dan 25 tahun. Orang yang berpendidikan tinggi, sering bepergian , dan sering mengingat mimpi juga memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami déjà vu.
Menurut Dr. Hafeez, penyebab pasti déjà vu masih menjadi misteri bagi para ilmuwan , tetapi para ahli telah mengajukan sejumlah hipotesis untuk menjelaskan fenomena ini.
Beberapa orang percaya hal ini berkaitan dengan pemrosesan memori. Otak mengalami keterlambatan atau kesalahan dalam mengingat kembali memori. Teori lain menyatakan bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh pemrosesan terlalu banyak informasi melalui terlalu banyak jalur sekaligus.
Fenomena déjà vu berkaitan dengan pemrosesan informasi di otak. Foto : Freepik
Déjà vu umumnya tidak dianggap sebagai kondisi medis, tetapi gangguan neurologis tertentu dapat menyebabkan déjà vu terjadi lebih sering.
Penyakit-penyakit ini termasuk:
Epilepsi: Déjà vu terkadang dilaporkan sebagai gejala aura epilepsi. Ini mungkin merupakan tanda bahwa kejang akan segera terjadi.
Migrain: Beberapa orang yang terkena migrain mungkin merasakan sensasi déjà vu sebelum rasa sakit dimulai.
Epilepsi lobus temporal: Jenis epilepsi ini terjadi ketika terdapat kelainan pada lobus temporal otak. Penderita epilepsi jenis ini dapat mengalami déjà vu yang sering dan intens.
Skizofrenia: Déjà vu terkadang dianggap sebagai gejala skizofrenia. Namun, itu hanyalah salah satu dari sekian banyak manifestasi gangguan mental ini.
Kecemasan atau stres: Kecemasan atau stres yang sering terjadi dapat menyebabkan distorsi persepsi, perasaan tidak nyata, mirip dengan déjà vu.
Thuc Linh (Menurut NY Post )
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)