Pada pagi hari tanggal 5 Desember, Institut Ilmu Pendidikan Vietnam bekerja sama dengan Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF Vietnam) dan British Council menyelenggarakan Konferensi Ilmu Pendidikan 2025 dengan tema "Pendidikan di era pembangunan nasional".
Terkait pertanyaan "Apa yang seharusnya dilakukan pendidikan di era baru?", Profesor Le Anh Vinh, Direktur Institut Ilmu Pendidikan Vietnam, mengatakan bahwa hal ini tidak boleh hanya slogan, melainkan harus dimulai dengan pertanyaan inti. Menurutnya, untuk berkembang dalam konteks baru, pendidikan tidak boleh sekadar mengikuti tren atau kecepatan perkembangan, tetapi harus kembali pada isu-isu esensial untuk membangun fondasi bagi masyarakat Vietnam.

Bapak Vinh juga menekankan tren pendekatan sistem yang menempatkan rakyat sebagai pusat perhatian. Menurutnya, seoptimal apa pun suatu sistem, tidak ada artinya jika tidak mendukung perkembangan setiap siswa dan tidak menciptakan kondisi bagi guru untuk berkreasi. Dalam konteks penerapan model pemerintahan daerah dua tingkat, ketika tidak ada lagi tingkat kabupaten/kota dan Dinas Pendidikan dan Pelatihan, peran dan tanggung jawab daerah menjadi lebih jelas, sementara tekanan dan ekspektasi yang dibebankan kepada sekolah dan guru juga lebih besar.
Ia yakin bahwa perkembangan pendidikan akan membuka banyak peluang bagi inovasi yang kuat. Masalahnya bukan hanya mengatasi tantangan, tetapi memanfaatkannya untuk berakselerasi dan bangkit dalam konteks baru.
Berbicara di lokakarya tersebut, Dr. Pham Do Nhat Tien (Asosiasi Universitas dan Kolese Vietnam) mengatakan bahwa "benang merah" yang terjalin melalui Resolusi 57 hingga 71 Politbiro adalah inovasi terobosan, yang bergeser dari lembaga yang sangat berorientasi manajemen menjadi lembaga yang menciptakan pembangunan.
"Resolusi reformasi pendidikan telah mengemukakan gagasan yang sangat penting bahwa standar lama tidak boleh dipaksakan pada sistem pendidikan modern. Kita harus beralih dari reformasi ke pembangunan terobosan," ujar Bapak Tien.

Menurutnya, pergeseran yang sangat penting adalah dari manajemen tradisional ke manajemen fleksibel dalam pendidikan. Sekolah, guru, dan peserta didik harus menerapkan pemikiran manajemen fleksibel untuk berinovasi dalam manajemen, pengajaran, dan pembelajaran, serta memastikan bahwa pengajaran dan pembelajaran selalu mengikuti perkembangan zaman.
Namun, Bapak Tien juga mengatakan bahwa ada serangkaian tantangan yang perlu dikenali dengan jelas agar dapat berinovasi.
Yang pertama adalah konservatisme pendidikan. Baik guru maupun administrator pendidikan, baik di tingkat sistem maupun sekolah, ragu untuk menerapkan manajemen tangkas karena mereka terbiasa dengan manajemen tradisional yang lebih mudah, lebih stabil, dan membutuhkan lebih sedikit perubahan.
Kedua, pendidikan juga membutuhkan biaya tambahan yang tidak selalu dimiliki sekolah: biaya untuk pelatihan kompetensi baru, biaya untuk sumber daya manusia baru, dan biaya untuk waktu yang dibutuhkan untuk transformasi. Semua biaya ini tidak mudah untuk dimiliki dan diatasi.
Ketiga, untuk menerapkan manajemen pendidikan yang fleksibel, manajemen tersebut harus berbasis teknologi digital. "Yang paling mendasar, manajemen pendidikan harus berbasis pada infrastruktur digital yang berkembang; data digital yang lengkap dan saling terhubung; serta kondisi dan kapasitas digital guru untuk dapat mengembangkan semua kekuatan. Ini merupakan tantangan besar bagi Vietnam," ujar Bapak Tien.
Ia juga berkomentar bahwa cara merancang program pendidikan saat ini belum siap untuk masa depan. Menurutnya, pemikiran pengembangan program masih sangat bergantung pada pendekatan tradisional, yang menganggap program sebagai produk jadi, alih-alih struktur fleksibel yang perlu terus disesuaikan. Selain itu, proses pengembangan program saat ini seringkali mengikuti alur yang tetap dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sementara itu, perancangan program pendidikan haruslah merupakan proses non-linear, yang berlangsung melalui banyak putaran, dan setelah setiap putaran, tujuan dapat disesuaikan dengan fluktuasi aktual.
Menurut Bapak Tien, program pendidikan harus siap menanggapi perubahan dan memandang perubahan sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari, bahkan sebagai keunggulan kompetitif.
Pakar tersebut merekomendasikan bahwa sektor pendidikan perlu menciptakan kondisi bagi sekolah dan guru untuk mengakses pemikiran manajemen yang fleksibel sehingga mereka dapat berpartisipasi aktif dalam inovasi program pendidikan di semua tingkatan.
“Saat ini, jika kita membangun program dan menyelenggarakan pendidikan dengan proses yang kaku, hal itu tidak akan mampu merespons perubahan dan juga tidak sejalan dengan semangat Resolusi 71,” kata Bapak Tien.
Sumber: https://vietnamnet.vn/giao-duc-can-tro-lai-voi-nhung-van-de-ban-chat-xay-dung-nen-tang-cho-con-nguoi-2469736.html










Komentar (0)