Aspirasi untuk mengubah kehidupan di daerah perbatasan
Thong Thu adalah sebuah komune perbatasan di sebelah barat Provinsi Nghe An, berbatasan dengan Laos, dengan berbagai kondisi sosial ekonomi yang sulit. Penduduk di sini sebagian besar hidup dari pertanian tebang-bakar dan peternakan skala kecil. Pendapatan yang tidak stabil membuat banyak rumah tangga hanya memiliki cukup makanan sepanjang tahun, sehingga sulit menabung untuk membangun rumah baru.
Dalam konteks tersebut, terobosan Bapak Sam Van Binh dan istrinya, Ibu Sam Thi Huyen (Desa Muong Cat), menjadi "titik terang". Lahir pada tahun 1988, tumbuh dalam kemiskinan, Bapak Binh selalu bertanya-tanya bagaimana caranya membantu keluarganya keluar dari kemiskinan tradisional. "Bertani terkadang menguntungkan, terkadang tidak, beternak babi dan ayam juga rentan terhadap penyakit. Saya berpikir lama tetapi tidak menemukan arah yang tepat," kenang Bapak Binh.

Titik baliknya terjadi pada tahun 2013, ketika melalui surat kabar dan acara TV, ia mempelajari model beternak landak—jenis hewan peliharaan baru yang sangat efisien secara ekonomi. Setelah berdiskusi dan mempertimbangkan selama bermalam-malam, ia dan istrinya memutuskan untuk memilih arah ini. Dengan semua uang tabungan mereka, pasangan ini dengan berani menghabiskan 5 juta VND untuk membeli sepasang landak pertama. "Saat itu, tidak ada seorang pun di desa yang memelihara landak, semua orang bilang itu berisiko. Tapi saya pikir jika saya tidak mencoba, saya akan tetap miskin seumur hidup," ujarnya sambil tersenyum lembut.
Dengan hewan peliharaan baru dan teknik yang belum dikuasai, pasangan ini harus belajar sedikit demi sedikit. Mulai dari cara membuat kandang, memberi makan, hingga memantau kebiasaan landak, semuanya berdasarkan apa yang mereka baca dan pengalaman praktis. Bapak Binh berkata: "Landak adalah hewan liar, jadi awalnya mereka sangat pemalu. Saya harus mengamati mereka setiap hari untuk melihat apa yang mereka sukai dan suhu apa yang dapat mereka tahan. Saat itu, saya khawatir, takut jika saya tidak membesarkan mereka dengan benar, saya akan kehilangan segalanya."
Kandang awalnya hanya berupa beberapa sel sementara kecil. Namun, dari bulan ke bulan, tahun ke tahun, populasi landak terus bertambah. Berkat iklim yang sejuk dan sumber makanan alami yang melimpah, mulai dari labu, pisang, pepaya hingga kohlrabi, singkong, dll., populasi landak tumbuh dengan cukup baik.

Yang paling meyakinkan pasangan ini adalah fakta bahwa landak jarang sakit, memiliki daya tahan tubuh yang tinggi, biaya pakannya murah, dan tidak memerlukan proses memasak yang rumit. Hal ini membantu mereka menghemat banyak waktu dan uang, sehingga cocok untuk kondisi dataran tinggi.
Dari sepasang landak menuju model ekonomi berkelanjutan
Setelah 3 tahun perawatan, anak-anak landak pertama lahir. Setiap tahun, keluarga ini dapat menjual 7-8 landak pedaging dan 3-4 pasang landak indukan, dengan harga jual sekitar 250.000 VND/kg. Landak pedaging mencapai berat 9-10 kg setelah 10 bulan, dengan hasil produksi yang stabil berkat peningkatan permintaan konsumsi. Pendapatan hampir 50 juta VND/tahun dari model ini, ditambah pendapatan tambahan dari bertani dan meramu, telah membantu keluarga Bapak Binh keluar dari kemiskinan secara berkelanjutan.
Hingga saat ini, model tersebut telah diperluas hingga mencakup 36 ekor landak, yang 2/3-nya merupakan induk landak. Kandang-kandangnya dibangun kokoh, dibagi menjadi sel-sel kecil, bersih, lapang, dan tinggi, serta terhindar dari kelembapan. Perawatannya juga diatur secara ilmiah : memberi makan dan membersihkan kandang di pagi hari; menambahkan pakan segar, dan memeriksa kesehatan di malam hari. "Membesarkan landak tidak sesulit memelihara sapi. Anda hanya perlu bersabar, tekun, dan mengamati dengan saksama," ujar Bapak Binh.
Berkat kesuksesan keluarganya, banyak keluarga di desa ini yang belajar. Tak hanya menyediakan bibit, ia dan istrinya juga memberikan bimbingan teknis dan berbagi pengalaman agar masyarakat dapat dengan berani menirunya.

Bagi Pak Binh dan istrinya, beternak landak bukan hanya cara untuk mencari nafkah, tetapi juga cara untuk mengubah hidup mereka di tanah air. Ketika ekonomi membaik, mereka berinvestasi dalam pendidikan anak-anak mereka, memperluas kandang, membeli lebih banyak ras landak unggul, dan berencana untuk mengembangkan lebih banyak produk landak.
"Hal yang paling membahagiakan adalah bukan hanya keluarga saya yang berhasil keluar dari kemiskinan, tetapi banyak orang di desa juga mulai beternak babi. Kami ingin berbagi agar semua orang bisa hidup lebih baik," ungkap Huyen.
Dari kesulitan yang mereka hadapi, Bapak Sam Van Binh dan istrinya telah membuka arah baru, berkontribusi dalam mengubah lanskap ekonomi di desa perbatasan.
Ibu Nguyen Thi Hoai, Ketua Komite Rakyat Komune Thong Thu, mengatakan: "Beternak landak merupakan model baru, tetapi sangat sesuai dengan kondisi setempat. Keefektifan model keluarga Bapak Sam Van Binh menunjukkan bahwa masyarakat dapat sepenuhnya keluar dari kemiskinan jika mereka tahu cara menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memilih ternak yang tepat."
Pemerintah daerah juga mendorong masyarakat untuk mengembangkan peternakan berkelanjutan dan mendorong kepatuhan terhadap peraturan perlindungan satwa liar. Sesuai peraturan, beternak landak harus memiliki sertifikat asal dan terdaftar di Dinas Kehutanan. "Kami menyediakan panduan lengkap tentang prosedur agar masyarakat merasa aman dalam beternak dan menjualnya. Model seperti yang dilakukan Bapak Binh patut ditiru," ujar Ibu Hoai.
Sumber: https://tienphong.vn/hanh-trinh-thoat-ngheo-cua-doi-vo-chong-vung-bien-post1800866.tpo










Komentar (0)