Pada 19 Mei, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan menyampaikan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu "kemungkinan" tercapainya kesepakatan untuk menormalisasi hubungan antara negara Timur Tengah tersebut dan Arab Saudi.
AS sedang berupaya mendorong kesepakatan untuk menormalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi. (Sumber: New York Post) |
Kantor berita AP mengutip pengumuman Gedung Putih yang mengatakan bahwa Tn. Sullivan menyebutkan masalah di atas setelah kegiatan diplomatik tingkat tinggi selama akhir pekan, di mana ia bertemu dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman di Dharan pada tanggal 18 Mei, sebelum pergi ke Israel untuk bertemu Perdana Menteri Netanyahu dan pejabat senior negara ini.
Selama pembicaraan di Israel, Tn. Sullivan juga meminta Perdana Menteri Netanyahu untuk menghubungkan kampanye militer negaranya di Gaza dengan "strategi politik " untuk masa depan yang lebih baik bagi wilayah Palestina.
Sementara itu, media Saudi melaporkan bahwa penasihat keamanan nasional Gedung Putih dan Putra Mahkota Mohammed membahas versi "semi-formal" dari sebuah perjanjian yang diharapkan dapat memperkuat hubungan keamanan antara kedua negara.
Perjanjian tersebut dipandang sebagai bagian penting dari upaya AS untuk membawa Arab Saudi ke arah kesepakatan besar yang akan mengakui Negara Israel untuk pertama kalinya, upaya yang telah terhambat oleh konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan gerakan Islam Hamas di Jalur Gaza.
Pernyataan Gedung Putih menekankan bahwa pada pertemuan dengan Perdana Menteri Netanyahu, Tn. Sullivan "menegaskan kembali posisi lama Presiden Joe Biden terkait isu Rafah."
Pemerintahan Biden telah mendesak Israel untuk menghindari serangan skala besar terhadap kota Rafah di Jalur Gaza selatan. Washington baru-baru ini menghentikan pengiriman bom ke sekutu lamanya karena kekhawatiran bahwa bom tersebut dapat digunakan di Rafah.
Israel bersikeras bahwa kampanye militer adalah cara terbaik untuk menghancurkan Hamas dan menyelamatkan para sandera. AS berharap Hamas akan dikalahkan secara diplomatis, alih-alih secara militer, dengan mengaitkan masa depan Gaza dengan kesepakatan normalisasi dengan Arab Saudi.
Riyadh telah lama menyerukan pembentukan negara Palestina merdeka di sepanjang perbatasan Israel tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Arab Saudi bersikeras tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan negara Timur Tengah tersebut tanpa syarat tersebut, beserta diakhirinya kampanye militernya di Jalur Gaza.
[iklan_2]
Sumber: https://baoquocte.vn/my-no-luc-dua-dong-minh-than-thiet-israel-den-gan-saudi-arabia-bat-chap-xung-dot-o-dai-gaza-271987.html
Komentar (0)