Pada malam tanggal 25 Januari (tanggal 26 Tet), saat mengendarai sepeda motor dari Kota Ho Chi Minh ke kampung halamannya Vinh Long untuk merayakan Tet, Tuan Nguyen Le Duy An (48 tahun) dan istrinya secara tak terduga menemukan sebuah "restoran" khusus di persimpangan Jalan Raya Nasional 1 dan jalan lingkar yang melewati kota Tan An ( Long An ).

Restoran ini terdiri dari deretan meja dan kursi plastik yang tertata rapi di depan sebuah toko di dekat jalan. Restoran ini memiliki papan nama besar bertuliskan: "Menyediakan makanan gratis."

Saat Tuan An masih penasaran dengan restoran ini, seorang wanita dengan hangat mengundang pasangan itu: "Kalau lapar, masuklah dan makan semangkuk sup mi untuk memulihkan tenaga."

"Sejujurnya, awalnya saya agak ragu. Saya juga ingin memberikan makanan ini kepada orang-orang yang sedang kesulitan. Namun, pemiliknya sangat antusias dan dengan tulus mengundang pasangan itu untuk menikmati sup mi agar mereka bisa kembali bersemangat untuk berkendara pulang," ujar Bapak An.

Begitu mobil berhenti, Tuan An dan keluarganya dengan antusias ditunjukkan tempat parkir dan diberikan tempat duduk oleh staf restoran.

Duduk di meja, pasangan itu disuguhi semangkuk sup mi kaki babi panas dengan kaki babi, tulang, kecap, lemon, cabai, tisu, tusuk gigi, dan air minum. Tersedia juga area untuk mencuci muka, tangan, dan menggunakan toilet, semuanya gratis.

Makanannya panas dan lezat, stafnya sangat perhatian. Banyak keluarga dengan anak kecil juga mampir untuk makan. Semua orang senang. Pemiliknya tidak memungut biaya apa pun. Saya mengambil beberapa foto dan membagikannya di media sosial, berharap dapat menyebarkan kebaikan dan kehangatan di malam Tet dari pemilik dan stafnya," kata Bapak An.

Menurut wartawan VietNamNet, pemilik restoran istimewa ini adalah Ibu Le Thi Ngoc Hoa (60 tahun, seorang pengusaha di Long An). Ibu Hoa dan keluarganya tidak berbisnis makanan. Ia membuka kedai mi gratis ini dengan tujuan untuk membantu orang-orang yang sedang dalam perjalanan dari Kota Ho Chi Minh atau Binh Duong ke Barat untuk merayakan Tahun Baru Imlek 2025.

Keluarga Ibu Hoa dan banyak karyawan perusahaan bergabung untuk memasak banh canh, yang disajikan kepada orang-orang sejak malam tanggal 25 Tet. "Pada hari pertama, saya menyiapkan 80 kg tulang dan daging untuk memasak kaldu, ditambah 80 kg banh canh. Saya memasang spanduk untuk makanan gratis, tetapi orang-orang sedang terburu-buru dan tidak memperhatikan. Jadi saya memikirkan cara, berdiri di pinggir jalan, mengundang orang-orang untuk berhenti dan menikmati semangkuk banh canh untuk memulihkan tenaga mereka," ujar Ibu Hoa.

Setelah sekitar 2 jam, jumlah orang yang mengunjungi toko meningkat. Ibu Hoa harus online, meminta teman dan saudaranya yang lain untuk datang dan membantu melayani. Toko buka dari pukul 16.00-22.00.

"Saya berdiri di pinggir jalan terus-menerus menawarkan makanan, semua orang khawatir saya akan kehilangan suara karena terlalu banyak bicara. Memang melelahkan, tetapi saya sangat senang. Hari pertama restoran menjual 80 kg mi, keesokan harinya terjual lebih dari 100 kg, setara dengan 500-600 mangkuk," ungkap Ibu Hoa dengan gembira.

Awalnya, ia berencana untuk membuka warung makan gratis tersebut hingga malam ke-28 Tet, tetapi karena baru pertama kali menyelenggarakannya, ia tidak dapat mengerahkan banyak orang untuk membantu, sehingga ia hanya sempat membukanya hingga malam ke-26 Tet. Pada tanggal 27, ia membeli roti, susu, dan minuman, lalu membagikannya secara gratis kepada orang-orang yang sedang dalam perjalanan pulang.

"Selama liburan mendatang, saya akan menata ulang restoran gratis ini. Saat itu, saya akan mempersiapkan lebih banyak sumber daya manusia untuk melayani masyarakat lebih banyak dan lebih lama," ujar Ibu Hoa.

Ibu Hoa mengatakan bahwa ia telah menjalankan kegiatan amal selama hampir 20 tahun. Ia sering berkontribusi dan berpartisipasi dalam kegiatan memasak amal di rumah sakit dan daerah-daerah etnis minoritas. Selama masa Covid-19, keluarganya pernah memasak 600 porsi makanan sehari untuk mendukung daerah karantina dan warga setempat.

"Tahun ini ekonomi sedang sulit, bisnis keluarga saya juga sedang sulit. Namun, memahami kesulitan para pekerja, saya tetap ingin berbagi dengan semua orang. Semangkuk banh canh hanya berharga beberapa puluh ribu dong, tetapi itu adalah hati kami, mendoakan orang-orang agar dapat menikmati makan malam yang hangat dan lezat, serta tempat untuk beristirahat dalam perjalanan panjang pulang untuk merayakan Tet," ungkap Ibu Hoa. Ia sangat tersentuh ketika foto restorannya dibagikan secara luas di media sosial dengan ribuan komentar positif.

"Saya rasa tindakan keluarga saya tidak istimewa atau hebat. Melihat orang-orang menikmati makanan mereka dan menghabiskan semangkuk kuahnya saja sudah membuat saya bahagia. Saya berharap ke depannya, bukan hanya saya, tetapi banyak donatur lain yang bisa menyediakan makanan gratis selama liburan dan Tet seperti ini," ujar Ibu Hoa.

Modern maupun tradisional, Tet tetap dipenuhi dengan suara-suara yang familiar . Di tengah suasana yang ramai, suara-suara familiar di penghujung tahun berpadu dengan suara-suara kehidupan digital, menciptakan "simfoni" Tet yang tradisional sekaligus modern, penuh emosi.