Kecerdasan buatan (AI) diterapkan di berbagai bidang kehidupan, mulai dari membantu pekerjaan dan pembelajaran, hingga pembuatan konten dan pencarian informasi.
Industri film juga menerapkan banyak alat AI yang berbeda di seluruh proses produksi film, mulai dari pra-produksi hingga pasca-produksi sebelum film dirilis ke publik. Penerapan AI telah membawa banyak manfaat, termasuk efisiensi tinggi, penghematan biaya, dan lebih banyak peluang kreatif bagi para pembuat film.
Berikut beberapa cara yang digunakan para pembuat film untuk memanfaatkan AI guna mempercepat proses pembuatan film.
Alat AI diterapkan dalam proses pra-produksi.
Untuk menciptakan film yang hebat, kualitas naskah dan proses ideasi sangatlah penting. Dengan perkembangan AI, banyak film yang naskahnya ditulis sepenuhnya atau ide-idenya sebagian didukung oleh kecerdasan buatan.
Alat AI telah digunakan untuk menulis skrip film. Meskipun masih dalam tahap awal, ini dianggap sebagai cikal bakal pembuatan film yang diproduksi oleh AI (Gambar ilustrasi: Hollywood Reporter).
Sebagai contoh, pada tahun 2023, para pembuat film dari serial animasi populer South Park menggunakan ChatGPT untuk menulis naskah episode terbaru. Tentu saja, ChatGPT tidak menyelesaikan naskah tersebut sendirian, tetapi hanya bertindak sebagai penulis bersama dengan Trey Parker, kepala editor serial South Park.
Selain itu, beberapa film juga ditulis naskahnya oleh alat AI bernama Benjamin. AI ini dilatih menggunakan ratusan naskah film fiksi ilmiah .
Naskah film karya Benjamin antara lain Sunspring (2016), It's No Game (2017), Zone Out (2020), dan lain-lain. Namun, film-film ini bersifat eksperimental dan ditayangkan di YouTube, bukan dirilis secara komersial di bioskop.
Salah satu alat AI yang banyak digunakan oleh banyak studio film besar saat ini adalah ScriptBook. Alat AI ini menggunakan bahasa alami untuk menganalisis naskah, mengevaluasi alur cerita, menilai potensi pengembangan karakter, dan memprediksi kemungkinan keberhasilan film tersebut.
Selain itu, alat AI bernama StoryFit juga dipilih oleh banyak kru film untuk menganalisis dan mengevaluasi naskah serta memprediksi popularitas penonton. Produser serial televisi "The Queen's Gambit" menggunakan StoryFit untuk mengevaluasi naskah sebelum memulai produksi.
Alat AI diterapkan dalam proses produksi film.
Dibandingkan dengan proses pra-produksi, alat AI digunakan lebih luas dalam produksi dan pasca-produksi film.
Salah satu teknologi yang paling banyak digunakan dalam pembuatan film saat ini adalah NeRF (Neural Radiance Fields). Ini adalah teknologi berbasis kecerdasan buatan yang menggunakan jaringan saraf dalam untuk menciptakan kembali ruang 3D dan efek pencahayaan dari serangkaian gambar 2D biasa.
Teknologi ini merevolusi desain set, pengambilan gambar, dan efek visual dalam perfilman.
Alat AI juga membantu pembuat film dalam memilih sudut kamera, menganalisis bidikan terbaik, dan banyak lagi. Pembuat film juga menggunakan alat AI untuk mengoptimalkan kualitas bidikan, sehingga menghemat waktu pengeditan.
Beberapa teknologi AI seperti Deepfake dan peremajaan wajah juga diterapkan untuk mengubah wajah atau meremajakan aktor dalam film. Misalnya, film The Irishman (2019) dan Here (2024) menggunakan teknik AI untuk meremajakan wajah para aktornya.
Pada tahun 2019, sebuah proyek film berjudul "Finding Jack," yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya penulis Gareth Crocker, berencana menggunakan teknologi dan AI untuk "menghidupkan kembali" aktor James Dean, yang telah meninggal pada tahun 1955, untuk memerankan karakter utama. Namun, proyek tersebut kemudian dibatalkan.
Baru-baru ini, film Vietnam "Closing the Deal" juga menggunakan AI untuk mengubah wajah aktris utamanya, menjadi film pertama di dunia yang melakukan hal tersebut.
Selain pemrosesan gambar, alat AI juga digunakan untuk membantu pengisi suara, desain suara, dan bahkan komposisi musik film. Beberapa film pendek, seperti Zone Out (2020) dan Sunspring (2016), telah menggunakan musik latar yang dibuat oleh AI.
Para pembuat film juga menggunakan alat AI bernama Respeecher untuk mengedit sulih suara atau vokal dalam film. Misalnya, film The Brutalist (2024) menggunakan alat AI ini untuk menyempurnakan sulih suara bahasa Hongaria.
Penggunaan AI dalam pasca-produksi dan perilisan film.
Setelah proses produksi dan pengambilan gambar selesai, para pembuat film akan terus menerapkan AI pada proses penyuntingan akhir sebelum merilis produk jadi.
Beberapa alat AI seperti Adobe Firefly, Adobe Premiere Pro, dll., akan digunakan untuk mengedit dan mengoptimalkan warna rekaman, menghilangkan detail yang tidak diinginkan dalam bingkai, dll., sehingga membantu menghemat waktu pengeditan.
Banyak kru film menggunakan perangkat lunak AI untuk mensintesis reaksi, komentar, dan ulasan penonton terhadap film (Gambar ilustrasi: Screencraft).
Studio film juga menerapkan teknologi AI untuk menganalisis data dari media sosial dan platform online guna memahami tren dan isu-isu yang menjadi perhatian publik, sehingga dapat mengembangkan strategi periklanan dan pemasaran yang tepat.
Setelah sebuah film dirilis di bioskop, alat AI juga digunakan untuk mengumpulkan umpan balik dan ulasan pengguna di media sosial atau situs web, membantu studio memutuskan apakah akan berinvestasi dalam sekuel atau tidak.
Kontroversi seputar penggunaan AI dalam pembuatan film.
Penerapan AI dalam pembuatan dan produksi film telah memicu banyak perdebatan di kalangan publik, serta di dalam komunitas aktor itu sendiri.
Bagi banyak orang, penerapan AI merupakan tren yang diperlukan di era sekarang, tidak hanya di bidang film tetapi di setiap aspek kehidupan.
Di masa depan, akankah aktor AI menggantikan aktor manusia? (Gambar ilustrasi: Joel).
Namun, banyak yang berpendapat bahwa penggunaan AI yang berlebihan akan mengurangi kreativitas para pembuat film dan bahkan meniadakan upaya para aktor, karena wajah dan ekspresi mereka akan digantikan oleh AI, sehingga tidak lagi mencerminkan emosi asli para pemeran.
Penggunaan AI untuk penulisan skrip, penyuntingan konten, pembuatan gambar, dan lain sebagainya, juga akan berdampak pada pekerjaan manusia.
Selain itu, banyak aktor khawatir bahwa penampilan mereka akan disimpan dalam basis data AI, yang memungkinkan pembuat film untuk menciptakan aktor AI dengan kemampuan akting dan suara yang identik dengan selebriti terkenal, menggantikan aktor sungguhan.
Baru-baru ini, banyak aktor dan anggota kru film memprotes penerapan AI di industri film. Namun, mengingat tren saat ini, penerapan AI di semua aspek kehidupan, termasuk film, adalah sesuatu yang tak terhindarkan.
Sumber: https://dantri.com.vn/cong-nghe/tri-tue-nhan-tao-dang-duoc-ap-dung-vao-qua-trinh-lam-phim-nhu-the-nao-20250806140553984.htm






Komentar (0)