Transaksi nasabah di cabang VPBank . (Foto: KHÁNH AN)
Memahami pelanggan dengan data
Saat ini, AI banyak diterapkan di berbagai industri dan bidang, terutama keuangan dan perbankan. AI mendukung analisis big data untuk memprediksi tren pasar, mendeteksi penipuan, mengelola risiko, serta meningkatkan pengalaman pelanggan melalui asisten virtual, layanan konsultasi otomatis, dan personalisasi produk. Berkat hal tersebut, bank tidak hanya mengoptimalkan operasional, menghemat biaya, tetapi juga menciptakan nilai-nilai baru, yang membantu meningkatkan daya saing di era digital.
Menurut Bapak Cao Vuong, Pendiri AIVA Group, kecerdasan buatan berkembang pesat. Pada tahun 2023, 55% organisasi di dunia akan menerapkan AI, dan pada awal 2025 angka ini akan meningkat menjadi 78%. Dalam waktu kurang dari dua tahun, tingkat adopsi telah meningkat sebesar 23 poin persentase, menunjukkan bahwa teknologi ini bukan lagi sekadar pilihan, melainkan telah menjadi tren di berbagai bidang. Khususnya, generasi baru AI - Agen AI - sedang berkembang dan menjadi "rekan digital" yang cerdas dan otonom.
Misalnya, di VietinBank, asisten AI internal Genie memproses 350.000 pertanyaan hanya dalam dua bulan, menghemat 95% waktu tunggu, setara dengan ratusan ribu jam kerja per bulan. Techcombank juga menerapkan AI untuk menghasilkan 100 juta data analisis yang dipersonalisasi dan mengirimkan 52 juta rekomendasi keuangan kepada lebih dari 4 juta nasabah. "Di masa mendatang, departemen dan divisi dapat disederhanakan, hanya membutuhkan 5 pakar yang berfokus pada strategi, dikombinasikan dengan 10 Agen AI untuk menganalisis, menerapkan, dan mengoptimalkan. Efisiensi yang dicapai bisa berkali-kali lipat lebih tinggi daripada model tradisional," ujar Bapak Cao Vuong.
Dengan algoritma analisis big data, HDBank dapat beralih ke model "perbankan 1-klik", di mana semua kebutuhan keuangan ditangani secara instan. Penerapan AI juga membantu mengoptimalkan operasional internal. Proses yang berulang dan memakan waktu diotomatisasi oleh robot perangkat lunak, sehingga mengurangi 80% pekerjaan manual, menghemat lebih dari 92.000 jam kerja setiap tahun. "Kami telah mempersingkat waktu persetujuan kartu kredit menjadi kurang dari 5 menit, bukan berjam-jam seperti sebelumnya," ujar Bapak Thai.
Selain itu, bank ini juga menggunakan AI dalam analisis kredit (memprediksi kemungkinan kredit macet, meningkatkan kemampuan mendeteksi penipuan). Dengan fitur ini, tingkat penerimaan produk yang disarankan oleh sistem AI oleh nasabah telah mencapai 15% dari total saran, menunjukkan dampak praktis yang nyata.
Tantangan dalam implementasi
Meskipun AI membawa banyak manfaat nyata, agar teknologi ini dapat memaksimalkan efektivitasnya, bank masih harus mengatasi banyak hambatan. Menyoroti tantangan dalam penerapan AI, Bapak Dam The Thai, Wakil Direktur Jenderal HDBank, menekankan: Pertama, akurasi dan keandalan data merupakan faktor kunci yang menentukan kualitas keluaran sistem. Kedua, persyaratan keamanan selalu diutamakan, karena bank mengelola data keuangan dan informasi pribadi yang sensitif dalam jumlah besar. Selain itu, pembentukan mekanisme tata kelola dan pemantauan operasional AI juga diperlukan untuk membatasi risiko kesalahan. Dengan pandangan bahwa pengembangan teknologi harus dikaitkan dengan tanggung jawab, perwakilan HDBank mengatakan bahwa keputusan penting seperti persetujuan kredit atau pinjaman masih memerlukan pengawasan manusia.
Menurut Ibu Tang Thi Ha Yen, Direktur Ilmu Data di Online Mobile Services Joint Stock Company (MoMo), penerapan AI perlu didekati dari perspektif etika. AI dalam keuangan membawa banyak manfaat, tetapi juga memiliki potensi risiko bias dan kesalahan. Untuk menanggapi hal ini, MoMo telah membangun 5 prinsip inti etika AI, yang berfokus pada manusia, beserta prinsip-prinsip keadilan, perlindungan privasi, transparansi, dan tanggung jawab. MoMo secara berkala mengaudit model penilaian kredit untuk mendeteksi kesalahan dan merancang sistem yang dapat menjelaskan keputusan kepada pengguna. Perusahaan telah membangun proses tata kelola yang mencakup manajemen risiko, pengawasan manusia, dan pemantauan berkelanjutan setelah penerapan.
Menurut para ahli, penerapan AI di sektor keuangan dan perbankan akan membutuhkan tata kelola dan keamanan yang ketat. Jika tidak terkontrol dengan baik, model-model tersebut dapat menciptakan bias, yang menyebabkan ketidakpercayaan dan risiko hukum. Sebaliknya, jika diterapkan secara bertanggung jawab, AI akan menjadi platform untuk mendorong perkembangan perbankan digital sekaligus meningkatkan pengalaman nasabah.
AI sedang membentuk kembali industri perbankan dan keuangan, tetapi langkah ke depannya bergantung pada bagaimana penerapannya. Dengan strategi investasi jangka panjang di bidang teknologi, data, dan sumber daya manusia, serta kerangka kerja etika yang jelas, AI dapat menjadi pendorong pertumbuhan berkelanjutan bagi perbankan dan bisnis keuangan di Vietnam.
BICH LIEN
Sumber: https://nhandan.vn/tri-tue-nhan-tao-lam-moi-ngan-hang-post914911.html
Komentar (0)