Pada tanggal 9 Juli, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan, Presiden Sudan Selatan Salva Kiir menyerukan persatuan dan mengumumkan kemajuan perjanjian damai .
Konflik tersebut menewaskan sekitar 400.000 orang dan menyebabkan jutaan orang mengungsi sebelum faksi-faksi yang bertikai di Sudan Selatan menandatangani perjanjian damai pada tahun 2018 dan membentuk pemerintahan persatuan. (Sumber: PBS) |
Sudan Selatan merdeka dari Sudan pada tahun 2011, tetapi telah dilanda kekerasan dan konflik politik . Kesepakatan damai tahun 2018 antara Presiden Kiir dan Wakil Presiden Riek Machar mengakhiri konflik di negara tersebut, tetapi banyak ketentuan penting belum dilaksanakan dan telah berulang kali tertunda.
Dalam pidatonya, Presiden Kiir menekankan pentingnya belajar dari kesalahan dan bekerja sama untuk membangun kembali negara. Pemerintah akan bekerja sama dengan Otoritas Antarpemerintah untuk Pembangunan Afrika Timur (IGAD) dan para mitra untuk sepenuhnya menerapkan ketentuan yang tersisa.
Presiden Sudan Selatan mengatakan konflik di Republik Demokratik Kongo mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut dan menyerukan diakhirinya konflik Sudan. Namun, Kiir tidak menyebutkan pemilihan umum nasional yang dijadwalkan pada bulan Desember.
Pada bulan April, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres menyerukan "langkah-langkah mendesak" untuk memastikan pemilu dapat berlangsung, sementara Misi PBB di Sudan Selatan (UNMISS) memperingatkan kurangnya "keterampilan teknis, hukum, dan operasional" untuk menyelenggarakan pemilu. Inggris, Norwegia, dan Amerika Serikat telah mendesak partai-partai di Sudan Selatan untuk bekerja sama mengatasi penundaan tersebut.
[iklan_2]
Sumber: https://baoquocte.vn/anh-na-uy-va-my-hoi-thuc-nam-sudan-to-chuc-ba-u-cu-278186.html
Komentar (0)