Kinhtedothi - Pada pagi hari tanggal 23 November, Majelis Nasional membahas secara berkelompok Rancangan Undang-Undang tentang Pengelolaan dan Penanaman Modal Negara pada Perusahaan (yang telah diubah).
Kurangnya regulasi mengenai peran perintis perusahaan
Delegasi Pham Duc An (Delegasi Majelis Nasional Kota Hanoi ) yang berpartisipasi dalam diskusi berpendapat bahwa mekanisme pengelolaan BUMN saat ini ibarat "pakaian yang terlalu ketat", tidak sesuai dengan tuntutan inovasi dan pembangunan. Sebelumnya, perusahaan swasta menginginkan perlakuan istimewa yang sama dengan BUMN; kini, BUMN menginginkan mekanisme fleksibel yang sama dengan perusahaan swasta untuk memastikan persaingan yang adil.

Para delegasi mengangkat isu utama pengelolaan aset negara di badan usaha milik negara. Sejarah telah menunjukkan banyak kasus kehilangan aset, yang mengakibatkan konsekuensi ekonomi dan sosial yang serius. Ketika Negara mengontrol ketat setiap tindakan perusahaan, hal ini dapat menyebabkan stagnasi, penurunan daya saing, dan kurangnya inovasi. Sebaliknya, jika manajemen terlalu longgar, risiko tindakan sembrono dan salah masih dapat terjadi.
Oleh karena itu, menurut para delegasi, diperlukan pendekatan baru: beralih dari mengelola perilaku spesifik ke mengevaluasi tujuan keseluruhan. Misalnya, beberapa keputusan bisnis mungkin merupakan kesalahan kecil, tetapi jika bisnis secara keseluruhan mencapai target dan tujuannya, maka akuntabilitas individu yang berlebihan harus dihindari.

Para delegasi juga berpendapat bahwa rancangan undang-undang tersebut tidak memuat ketentuan mengenai peran perintis dan kepemimpinan BUMN di bidang-bidang seperti teknologi digital, industri pendukung, dan impor. "Jika kita hanya berfokus pada keuntungan BUMN, kita tidak akan mencapai tujuan membawa perubahan dan pertumbuhan bagi Negara dan industri," tegas delegasi Pham Duc An.
Sulit untuk menetapkan tanggung jawab ketika sebuah bisnis gagal.
Berbicara pada diskusi tersebut, delegasi Hoang Van Cuong (Delegasi Majelis Nasional Hanoi) menekankan bahwa Undang-Undang No. 69/2014/QH13 (Undang-Undang tentang Manajemen dan Penggunaan Modal Negara yang Diinvestasikan dalam Produksi dan Bisnis di Perusahaan) memberikan peraturan manajemen yang sangat ketat tetapi tidak secara jelas mendefinisikan tanggung jawab.
Peraturan ini menyebabkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hampir kehilangan inisiatif dalam menentukan kegiatan produksi dan bisnis dari modal sendiri. Hal ini juga berdampak pada hasil produksi BUMN.
Para delegasi menyampaikan bahwa meskipun peraturan yang ketat, masih banyak kasus hilangnya aset dan modal yang ditanamkan negara di perusahaan-perusahaan. Baru-baru ini, sejumlah perusahaan dan perseroan terbatas (PT) kolaps.

"Ketika terjadi masalah, kami hanya mengambil tindakan, bukan memperbaikinya, dan kami tidak tahu sebelumnya. Akibatnya, sulit untuk menetapkan tanggung jawab. Oleh karena itu, hal ini perlu diubah dalam undang-undang yang direvisi ini," ujar delegasi Hoang Van Cuong.
Menurut delegasi, saat ini terdapat kebingungan antara pengelolaan negara, pengelolaan oleh perwakilan pemilik, dan pengelolaan bisnis. Ketiga entitas ini berbeda tetapi saling tumpang tindih, sehingga pembagian tanggung jawab menjadi tidak efektif, dan penyebabnya tidak diketahui.
"Tanggung jawab atas kerugian tersebut tidak diketahui dan tidak dapat ditentukan. Jika tidak ada peraturan yang jelas, kami tidak dapat mendelegasikan wewenang atau menetapkan tanggung jawab," kata delegasi Hoang Van Cuong.

Perwakilan Nguyen Truc Anh (Delegasi Majelis Nasional Kota Hanoi) mengangkat isu peran dan tanggung jawab Komite Modal dalam Rancangan Undang-Undang. Menurut perwakilan tersebut, apa yang akan dilakukan Komite Modal? Jika kepemilikannya melebihi 50%, Komite Modal sudah dikelola oleh kementerian, sektor, atau daerah. Dengan semangat penyederhanaan, peraturan tersebut menetapkan bahwa Komite Modal mengelola bagian-bagian yang tidak dikelola oleh pihak lain. Pada dasarnya, badan usaha milik negara yang dikelola oleh pemerintah pusat atau daerah memiliki tanggung jawab utama pengelolaan negara atas badan usaha tersebut; mereka memiliki wewenang penuh untuk memutuskan strategi pembangunan dan sumber daya manusia.
Oleh karena itu, delegasi berpendapat bahwa di masa mendatang, perlu meninjau kembali organisasi, operasional, dan manajemen Komite Modal. Yang lebih penting, perlu menciptakan kesetaraan antara badan usaha swasta dan badan usaha milik negara.
[iklan_2]
Sumber: https://kinhtedothi.vn/co-che-quan-ly-doanh-nghiep-nha-nuoc-giong-nhu-mot-chiec-ao-qua-chat.html










Komentar (0)