Menurut Technewsspace , kelebihan pasokan chip memori DRAM dan NAND belakangan ini dianggap sebagai krisis nyata bagi produsen, yang menyebabkan laba produksi anjlok dan menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan kebangkrutan bagi seluruh industri. Namun kini, pengetatan aktivitas produksi untuk meningkatkan harga chip memori telah membantu perusahaan seperti Samsung atau Micron menjadi lebih percaya diri.
Perusahaan seperti Micron dan Samsung mendapat keuntungan dari meningkatnya penggunaan chip memori DRAM dan NAND.
Data dari analis di DRAMeXchange menunjukkan bahwa harga spot untuk chip memori DRAM dan NAND telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Harga chip turun pada tahun 2022 dan awal 2023, tetapi mencapai titik terendah pada bulan Juli dan Agustus sebelum naik secara stabil sejak saat itu.
Meskipun harga chip memori DRAM dan NAND belum kembali ke level awal tahun, harganya telah meningkat signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Misalnya, dua chip memori DDR4 8 Gbit kini 10% lebih mahal daripada harga di bulan Agustus. Di saat yang sama, harga chip NAND 512 Gbit hampir dua kali lipat sejak Juli, dan chip 256 Gbit telah meningkat 55% selama periode yang sama.
Harga chip memori anjlok begitu rendah pada tahun 2022 karena ekonomi global sedang mengalami resesi pascapandemi Covid-19. Dalam konteks tersebut, permintaan menurun akibat pemangkasan biaya oleh konsumen, yang mengakibatkan kelebihan pasokan chip, yang mengakibatkan harga jatuh. Kuartal 3/2022 dianggap sebagai kuartal tersulit, dengan pendapatan global dari penjualan chip DRAM dan NAND masing-masing turun 30% dan 24%. Hal ini berdampak serius bagi produsen, di mana laba Samsung hampir lenyap pada kuartal 1/2023, sementara Micron merugi lebih dari $2 miliar.
Perusahaan-perusahaan ini kemudian mengurangi produksi chip memori secara signifikan. Kini, langkah tersebut mulai berdampak signifikan pada pasokan karena harga chip memori kembali naik.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)