(Dan Tri) - "Setiap hari di sekolah adalah hari yang bahagia" adalah slogan yang sudah tidak asing lagi, tetapi pernahkah kita bertanya-tanya dari mana datangnya kebahagiaan itu dan bagaimana membuat setiap hari di sekolah benar-benar menjadi hari yang bahagia?
Lokakarya "Kebahagiaan dalam Pendidikan 2024" yang diselenggarakan oleh Institut Penelitian Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (EDI) dan Sekolah TH di Hanoi, membuka pintu inspirasi bagi perjalanan mencari jawaban.
Kebahagiaan Sejati dalam Pendidikan - Lebih dari Momen-Momen Kecil
Menurut Associate Professor Dr. Ngo Tuyet Mai, kebahagiaan bisa datang dari hal-hal sederhana seperti senyuman seorang ibu kepada anaknya, senyuman seorang guru kepada muridnya. Namun, kebahagiaan dalam pendidikan tidak berhenti pada momen-momen singkat. Ini adalah perjalanan panjang dalam proses pengembangan dan pengasuhan agar setiap anak merasa dicintai, dapat menjadi dirinya sendiri, dan bebas berkembang.
"Melatih pikiran tanpa melatih hati tidak disebut pikiran", kata-kata filsuf Yunani Aristoteles yang dikutip oleh Associate Professor Mai menegaskan pentingnya pendidikan emosional.
Menurutnya, pembelajaran perlu dikaitkan dengan kegembiraan dan penemuan diri. Ketika siswa memiliki kesempatan untuk mengalami, "belajar sambil bermain, bermain sambil belajar", dan menemukan bakat mereka sendiri, mereka akan merasa bahagia dan bersinar.
Pembicara pada Lokakarya "Kebahagiaan dalam Pendidikan 2024" (Foto: Panitia Penyelenggara).
Martin Skelton, konsultan pendidikan internasional dan salah satu pendiri IPC, berbagi kisahnya dengan temannya, Fred. "Fred dulu selalu datang ke sekolah pagi-pagi sekali untuk membantu saya."
Di kelas, kalau aku melihat ke jendela kelasku dan dia melihat ke jendelanya, aku akan bilang, "Tolong!" Lalu dia akan keluar kelas, menemuiku di lorong, memberiku nasihat, lalu aku akan kembali ke kelas dan berusaha lebih baik. Ini terjadi tiga kali sehari.
Di akhir tahun pertama, saya sudah mengurangi kebutuhan saya akan bantuan menjadi sekitar seminggu sekali. Suatu hari, Fred berkata kepada saya, "Kamu bukan guru yang baik. Murid-muridmu tidak belajar apa-apa. Kamu hanya membuat mereka sibuk."
Komentar jujur itulah yang mengubah hidup Martin Skelton. Sejak saat itu, ia tidak lagi memandang dirinya sebagai guru yang hanya memberikan pekerjaan rumah, melainkan sebagai pendamping yang membantu siswa benar-benar belajar dan berkembang.
Kisah Tn. Skelton menimbulkan pertanyaan penting: Apakah kita benar-benar membawa kebahagiaan kepada siswa kita, atau kita hanya membuat mereka sibuk dengan pekerjaan rumah dan nilai?
Mencari formula kebahagiaan
Pendidikan bukan hanya tentang pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga tentang emosi, koneksi, dan makna. Lektor Kepala Mai juga menekankan peran model PERMA dalam menciptakan sekolah bahagia.
PERMA adalah singkatan dari Emosi Positif, Keterlibatan, Hubungan, Makna, dan Pencapaian. Setiap elemen dalam model ini berkontribusi signifikan dalam membangun lingkungan belajar yang positif di mana siswa merasa terdorong, terhubung, dan berkembang sepenuhnya.
Dengan demikian, dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang bahagia, kita perlu memupuk emosi positif, membangkitkan minat, membangun hubungan baik antara guru dan siswa, membantu mereka menemukan makna dalam belajar dan meraih prestasi yang layak.
Profesor Yong Zhao, dosen di Universitas Kansas (AS), yang telah bertahun-tahun meneliti pendidikan di berbagai negara, mengungkapkan kekhawatirannya tentang kondisi pendidikan saat ini. "Tahukah Anda, ada banyak ide bagus tentang pendidikan. Tapi mengapa lingkungan belajar kita belum banyak berubah?" tanyanya.
Menurut Profesor Zhao, masalahnya bukan pada kurangnya ide, tetapi bagaimana kita menerapkan ide-ide tersebut. Setiap anak berbeda, masing-masing memiliki bakatnya sendiri. Pendidikan perlu diubah untuk membantu mereka menyadari potensi mereka, berkontribusi pada masyarakat, dan menemukan kebahagiaan sejati.
Perjalanan berbagi dan memahami
Berbicara di lokakarya tersebut, Menteri Pendidikan dan Pelatihan Nguyen Kim Son menekankan peran guru dalam menciptakan kebahagiaan bagi siswa. "Dalam kegiatan pendidikan, guru selalu mendengarkan, selalu memahami, selalu berbagi, yang sangat penting untuk membuat pembelajaran menarik bagi siswa," tegasnya.
Guru yang bahagia akan menularkan kebahagiaan kepada murid-muridnya. Oleh karena itu, menjaga kesehatan mental, menciptakan kondisi bagi guru untuk mengembangkan diri, berkontribusi, dan berkreasi juga berkontribusi dalam membangun lingkungan pendidikan yang bahagia.
Konferensi "Kebahagiaan dalam Pendidikan 2024" telah berakhir, tetapi perjalanan menebar senyuman terus berlanjut.
[iklan_2]
Sumber: https://dantri.com.vn/giao-duc/hanh-phuc-trong-giao-duc-hanh-trinh-gioo-mam-nhung-nu-cuoi-20241126164655011.htm
Komentar (0)