Para pekerja medis menuduh Israel melakukan serangan udara terhadap kamp tenda yang melindungi keluarga-keluarga terlantar di Jalur Gaza selatan pada pagi hari tanggal 2 Januari.
Serangan udara tersebut menewaskan 10 orang dan melukai 15 lainnya. The Times of Israel melaporkan bahwa dua pejabat senior Hamas termasuk di antara korban tewas. Israel belum mengomentari informasi baru ini. Sebelumnya, pada 1 Januari, sambil terus menekan di Gaza utara, tentara Israel melancarkan serangan udara di Shejaia, sebuah permukiman di selatan Kota Gaza, yang menewaskan sedikitnya delapan orang.
Serangan udara Israel di Gaza, lebih dari 50 orang tewas
Langkah ini diambil setelah Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, memperingatkan pada 1 Januari bahwa ia akan melancarkan serangan besar-besaran di Jalur Gaza jika Hamas tidak membebaskan para sandera dan menghentikan serangan udara terhadap Israel. Menurut AFP, mengutip pernyataan Menteri Katz, jika Hamas tidak membebaskan para sandera, Hamas akan menjadi sasaran serangan dengan intensitas yang "belum pernah dialami Jalur Gaza dalam waktu yang lama." Katz juga menekankan bahwa tentara Israel akan meningkatkan operasi militer di Jalur Mediterania hingga para sandera dibebaskan. Otoritas kesehatan di Jalur Gaza menyatakan bahwa sejak konflik pecah pada Oktober 2023, setidaknya 45.541 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah tewas. Selain itu, jumlah korban luka telah melampaui 108.338.
Dalam perkembangan lain, mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, telah mengumumkan pengunduran dirinya sebagai anggota parlemen dan pensiun dari dunia politik. Menurutnya, sudah saatnya ia berhenti, dan ia menegaskan akan terus berupaya semaksimal mungkin untuk memulangkan para sandera yang disandera Hamas sejak 7 Oktober 2023 kepada keluarga mereka.
[iklan_2]
Sumber: https://thanhnien.vn/israel-tang-cuong-khep-vong-vay-hamas-185250102232444268.htm
Komentar (0)