Menghadapi perkembangan pasar makanan fungsional dan suplemen makanan yang semakin kuat di lingkungan digital, Kementerian Kesehatan tengah mencari masukan atas rancangan amandemen dan suplemen Keputusan 15/2018/ND-CP, dengan banyaknya regulasi baru untuk memperketat manajemen, khususnya pasca-pemeriksaan produk yang dikonsumsi melalui platform e-commerce.
| Foto ilustrasi. |
Menurut draf baru, selain konten pasca-inspeksi tradisional seperti inspeksi standar, ketertelusuran, dan pengambilan sampel, otoritas akan membandingkan informasi produk di platform digital dengan kenyataan. Ini termasuk membandingkan konten iklan, gambar, dan label produk antara platform e-commerce dan barang yang beredar sebenarnya.
Ini merupakan hal baru yang tidak tercantum dalam Perpres Nomor 15 Tahun 2015. Kementerian Kesehatan menegaskan, langkah verifikasi ini untuk menekan maraknya iklan-iklan yang beredar yang memuat informasi palsu sehingga menimbulkan kebingungan di kalangan konsumen.
Draf tersebut juga secara jelas menetapkan kasus-kasus yang dapat dikenakan inspeksi mendadak pasca-produksi, antara lain bila ada indikasi pelanggaran, masukan dari masyarakat, informasi peringatan dari dalam dan luar negeri, atau pada masa puncak inspeksi keamanan pangan.
Inspeksi pascaproduksi meliputi pemeriksaan kepatuhan terhadap standar yang dinyatakan, label, dokumen terkait, ketertelusuran, dan faktor-faktor yang memengaruhi kualitas dan keamanan produk. Jika terdapat keraguan, otoritas yang berwenang akan mengambil sampel untuk diuji sesuai peraturan.
Khususnya, Kementerian Kesehatan mengusulkan penambahan hak untuk mencabut dokumen hukum seperti: Sertifikat keamanan pangan, sertifikat konfirmasi konten iklan, sertifikat penerimaan deklarasi produk, untuk meningkatkan pencegahan dan memastikan transparansi informasi.
Berdasarkan peraturan saat ini, suplemen makanan diklasifikasikan sebagai “makanan olahan pra-kemasan” dan dideklarasikan sendiri.
Namun, banyak bisnis yang memanfaatkan celah ini untuk "memberi label" pada produk perlindungan kesehatan sebagai suplemen makanan, sehingga menghindari peraturan tentang pemeriksaan iklan dan konten yang dinyatakan.
Draf ini menambahkan persyaratan wajib untuk mendaftarkan deklarasi produk suplemen makanan, serta mengendalikan konten dan penggunaan iklan. Kementerian Kesehatan juga secara jelas mengusulkan peran instansi penerima berkas, yang mewajibkan penilaian, pengumuman publik, dan perencanaan pasca-inspeksi yang tepat.
Kelompok pangan seperti pangan perlindungan kesehatan, pangan gizi medis, pangan untuk diet khusus, dan produk gizi untuk anak di atas 36 bulan harus mendaftarkan deklarasi sebelum diedarkan, dan tidak sekadar mendeklarasikan diri sendiri seperti sebelumnya.
Selain itu, fasilitas yang memproduksi kelompok produk khusus ini harus memenuhi standar GMP, HACCP, ISO 22000 atau standar setara, bukan hanya memenuhi ketentuan keamanan pangan normal.
Tujuannya adalah untuk mengontrol secara ketat bahan, kualitas, dan penggunaan mulai dari tahap penelitian hingga peredaran pasar, menghindari situasi di mana bisnis "mencampur" banyak bahan yang tidak memiliki kegunaan nyata hanya untuk tujuan periklanan.
Kementerian Kesehatan juga mengusulkan untuk mengembangkan kode etik untuk periklanan makanan, yang menekankan pemantauan terhadap pelaksana dan pembawa iklan (KOL, selebriti) dan mempublikasikan hubungan sponsor antara mereka dan bisnis.
Di sisi manajemen negara, Kementerian Kesehatan mengusulkan untuk menghubungkan data antara kementerian dan daerah melalui Portal Layanan Publik Nasional untuk memastikan pasca-pemeriksaan terpadu, pembagian hasil dan penelusuran asal-usul di seluruh negeri.
Rancangan undang-undang itu juga menambahkan mekanisme untuk mengendalikan produk dan bahan baku yang awalnya diproduksi untuk ekspor tetapi kemudian ditransfer untuk konsumsi dalam negeri, untuk menghindari situasi di mana barang-barang dalam negeri di bawah standar masih lolos.
Sumber: https://baodautu.vn/kien-nghi-hau-kiem-ca-thuc-pham-chuc-nang-tren-san-dien-tu-d321314.html






Komentar (0)