Selama hampir dua tahun terakhir, keluarga Ibu Dam Thi Dep (desa 8, komune Quang Hoa, distrik Dak Glong, provinsi Dak Nong ) telah kembali menekuni profesi budidaya murbei dan pemeliharaan ulat sutra. Sebelumnya, karena permintaan pasar yang tidak stabil, Ibu Dep dan suaminya meninggalkan profesi ini untuk mencari pekerjaan lain selama beberapa waktu.

Keluarga Ibu Dam Thi Dep telah kembali menekuni budidaya ulat sutra selama hampir dua tahun (Foto: Dang Duong).
Berkat dana pengentasan kemiskinan, keluarga Ibu Dep menerima dukungan pinjaman untuk melanjutkan produksi melalui model budidaya ulat sutra siklus tertutup.
Alih-alih memelihara mereka di tempat penampungan sementara seperti sebelumnya, keluarga Ibu Dep membangun rumah satu lantai berukuran sekitar 80 meter persegi, agar ulat sutra memiliki ruang yang مناسب untuk tumbuh.
Saat memperkenalkan peternakan ulat sutra, Ibu Dep dengan jenaka berkomentar bahwa area tersebut lebih luas dan kokoh daripada tempat tinggal keluarganya. Namun, berkat investasi dalam peningkatan kandang, ulat sutra berkembang dengan baik dan menghasilkan manfaat ekonomi yang signifikan.

Ulat sutra dipelihara di area terbuka di tanah, yang mengurangi risiko lecet pada kulit (Foto: Dang Duong).
"Ulat sutra dipelihara langsung di tanah untuk menghindari gesekan, dan juga untuk menghemat biaya pembersihan dan sanitasi setelah setiap musim panen," kata Ibu Dep.
Berdasarkan pengalaman, ulat sutra sering diserang lalat. Oleh karena itu, selama dua tahun terakhir, masyarakat di komune Quang Hoa telah berbagi kiat tentang cara "memasang jaring" untuk melindungi ulat sutra.
Metode ini meminimalkan infeksi ulat sutra dan pembentukan nanah, membantu petani mengurangi risiko dan kerugian selama produksi.
"Setiap bulan, keluarga saya dapat memelihara dua kelompok ulat sutra (rata-rata 15 hari per kelompok). Dengan harga kepompong sekitar 200.000-220.000 VND/kg, keluarga saya memperoleh sekitar 7-7,5 juta VND per kelompok dari penjualan kepompong," tambah Ibu Dep.

Budidaya ulat sutra di dalam ruangan mengharuskan peternak untuk mematuhi peraturan kebersihan dan secara teratur memperkuat sistem kandang ulat sutra (Foto: Dang Duong).
Menurut Ibu Dep, memelihara ulat sutra di rumah berjala membutuhkan kepatuhan ketat terhadap prosedur kebersihan. Setiap kali ulat sutra diberi makan, peternak harus mendisinfeksi area tersebut dan secara teratur memperkuat jala untuk mencegah serangga masuk ke ruang pemeliharaan ulat sutra.
Seperti Ibu Dep, beberapa tahun lalu, karena kekurangan modal, Ibu Ma Thi Sam, dari Dusun 7, Komune Quang Hoa, hanya berinvestasi dalam budidaya ulat sutra dalam skala kecil.
Menurut Ibu Sam, di masa lalu, budidaya ulat sutra merupakan pekerjaan berat, dan ulat sutra mudah terserang penyakit, sehingga mengakibatkan efisiensi budidaya yang rendah. Sejak model budidaya ulat sutra di tanah dan penggunaan jaring serangga diterapkan, para petani tidak lagi harus menanggung kesulitan "makan sambil berdiri" dan menderita kerugian akibat kematian ulat sutra karena penyakit.

Warga di komune Quang Hoa berbagi tips tentang budidaya ulat sutra di rumah-rumah berjala untuk mengurangi risiko penyakit bernanah (Foto: Dang Duong).
"Berkat perubahan metode pertanian, budidaya ulat sutra, perawatan kepompong, dan panen menjadi jauh lebih hemat waktu. Dalam beberapa tahun terakhir, harga kepompong stabil, dan dengan setiap kotak ulat sutra (sekitar 1 kg larva ulat sutra), petani dapat memperoleh 15 juta VND per bulan," kata Ibu Sam.
Menurut Komite Rakyat Komune Quang Hoa, pada tahun 2022 dan 2023, 150 rumah tangga miskin dan hampir miskin di komune tersebut menerima dukungan untuk menerapkan model budidaya murbei dan peternakan ulat sutra, dengan total anggaran sebesar 3,1 miliar VND.

Banyak keluarga miskin di komune termiskin di provinsi Dak Nong memiliki kesempatan untuk keluar dari kemiskinan berkat budidaya ulat sutra (Foto: Dang Duong).
Bapak Tran Quang Mao, Ketua Komite Rakyat Komune Quang Hoa, menilai: "Budidaya murbei dan pemeliharaan ulat sutra sejalan dengan orientasi lokal, membantu memaksimalkan kekuatan alam dan manusia. Pemeliharaan ulat sutra memiliki biaya rendah, perputaran modal yang cepat, dan harga kepompong yang stabil, sehingga pada kenyataannya, banyak keluarga petani telah keluar dari kemiskinan dan menjadi kaya dari profesi ini."
Tautan sumber






Komentar (0)