Beri makan babi hutan buah-buahan
Saat mengunjungi kebun seluas 2.000m2 milik Bapak Nguyen Tan Dat, wartawan Lao Dong tak kuasa menahan rasa takjubnya melihat di atas tajuk pohon jambu biji dan nangka tumbuh subur buah-buahan yang berbuah lebat, sementara di tanah terlihat kawanan babi hutan sebanyak sekitar 200 ekor berlarian mencari makan.
Pak Dat segera mengambil nangka yang jatuh (kualitasnya kurang baik) dan memotongnya kecil-kecil untuk diberikan kepada babi-babi. Babi-babi itu pun segera berlari ke tempat nangka yang baru saja dibuang.
Pak Dat menjelaskan bahwa babi hutan memiliki naluri hidup di alam liar, dan melepaskan anggrek di kebun akan berkontribusi pada pemulihan habitat alami, memastikan perkembangan yang sehat bagi babi-babi tersebut. Oleh karena itu, setelah memberi mereka makan di kandang, beliau akan melepaskan babi-babi tersebut ke kebun agar mereka dapat berolahraga.
Menurut Bapak Dat, dibandingkan dengan cara beternak babi dengan pakan industri atau di dalam kandang, memelihara babi secara semi liar dan membiarkannya berkeliaran di kebun memiliki ruang gerak yang lebih luas, sehingga membantu babi tumbuh lebih cepat dan dagingnya lebih padat serta lezat.
Bapak Nguyen Tan Dat (Kelurahan Nhon My, Kecamatan Ke Sach, Provinsi Soc Trang ) menghasilkan ratusan juta dong setiap tahun dari beternak babi hutan di kebunnya. Foto: Phuong Anh
Selain itu, ia juga memanfaatkan nangka, jambu biji, mangga, dan lain-lain di kebunnya untuk dijadikan pakan babi.
"Penggunaan pakan di atas untuk babi hutan membantu babi mengurangi lemak, mengurangi bau, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Berkat itu, babi hutan tumbuh lebih cepat dan memiliki daging yang lebih baik daripada babi yang dipelihara dengan pakan industri. Metode ini juga menghemat biaya input, setiap babi hanya berharga beberapa ribu dong per hari," kata Bapak Dat.
Menggunakan buah-buahan (termasuk nangka Thailand matang) sebagai pakan babi hutan membantu mengurangi lemak, mengurangi bau, dan meningkatkan daya tahan tubuh babi. Foto: Phuong Anh
Menurut Bapak Dat, beternak babi hutan di kebun buah tidak hanya memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan, tetapi juga memanfaatkan hasil samping tanaman sebagai pakan babi.
Limbah babi setelah pengolahan juga dapat diolah menjadi pupuk yang bermanfaat untuk melengkapi nutrisi tanaman. Model ini khususnya membantu menghemat biaya investasi kandang dan pakan secara signifikan.
Pendapatan hampir setengah miliar dong per tahun
Berbicara kepada para wartawan, Bapak Dat mengatakan bahwa ia lulus dengan gelar Sarjana Sastra dari sebuah universitas di Provinsi Hau Giang . Namun, karena kecintaannya pada pertanian, ia bersusah payah mempelajari peternakan dari peternakan-peternakan di Barat, dan secara bertahap mengumpulkan pengetahuan, pengalaman, dan teknik.
Pada tahun 2016, melihat potensi budidaya babi hutan, dan memiliki pekarangan rumah yang luas, ia memutuskan untuk beternak babi hutan dengan model semi liar, yaitu dengan memberi pakan berupa bahan makanan yang tersedia di kebun dan mudah ditemukan di sekitar seperti kentang, nangka, ampas kedelai, dan lain sebagainya.
Awalnya, ia hanya memelihara lebih dari 20 ekor babi. Berkat pengalaman yang ia kumpulkan, ia menerapkannya dalam proses pembiakan. Melihat babi-babi tersebut berkembang dengan baik dan bereproduksi, ia memutuskan untuk berinvestasi dalam lebih banyak babi indukan. Saat ini, total ternaknya mencapai lebih dari 200 ekor.
Menurut Pak Dat, dibutuhkan waktu sekitar 6 bulan dari saat babi hutan dipelihara hingga dijual. Babi yang dipelihara selama 9-12 bulan akan mulai bereproduksi. Babi bereproduksi dua kali setahun, setiap kelahiran menghasilkan 6-10 anak babi.
Saat ini, setiap tahunnya ia memasok babi indukan dan babi hutan untuk daging ke pasar-pasar di provinsi dan kota-kota di wilayah Barat dengan jumlah 600 - 800 ekor babi, dengan harga 130.000 - 150.000 VND/kg untuk babi pedaging dan 180.000 VND/kg untuk babi indukan. Dengan demikian, keluarganya dapat memperoleh penghasilan sekitar 300 juta VND, belum termasuk penghasilan dari kebun buah.
"Di Barat, babi hutan sudah banyak disilangkan, jadi tujuan saya adalah menghasilkan ras terbaik untuk dijual. Oleh karena itu, babi hutan harus memiliki berat minimal 20 kg sebelum dijual agar pembeli dapat mengenali kualitasnya. Penampilan yang garang dan bulu yang lebat adalah standar yang tepat," kata Pak Dat.
Memelihara babi hutan di kebun buah, termasuk kebun nangka Thailand, membantu Bapak Dat, seorang petani di kelurahan Nhon My (distrik Ke Sach, provinsi Soc Trang) mendapatkan keuntungan ganda. Foto: Phuong Anh
Pak Dat berbagi rahasianya: untuk mendapatkan daging yang lezat dan padat, babi harus dipelihara semi-liar agar mereka bisa berlarian. Selama musim hujan, babi harus dipelihara di kandang untuk menghindari parasit kulit.
"Agar babi hutan berhasil dipelihara, harus ada proses tersendiri, yaitu pola makan yang seimbang antara residu kedelai, sayuran, umbi-umbian, dan ampas bir untuk menyeimbangkan nutrisi agar babi dapat berkembang secara merata. Untuk mencegah babi hutan sakit, sejak lahir mereka harus divaksinasi hingga dewasa," ujar Bapak Dat.
[iklan_2]
Sumber: https://danviet.vn/ngoi-chat-mit-chin-nuoi-heo-rung-dong-vat-pham-an-nong-dan-soc-trang-nhan-luong-500-trieu-nam-20240619193949434.htm
Komentar (0)