Situasi yang dialami mantan teman sekelas saya telah membuat saya menyadari banyak hal.
Artikel ini merupakan kisah pribadi dari seorang pria berusia 50 tahun yang tinggal di Zhejiang, Tiongkok.
***
Akhir pekan lalu, saya pergi ke reuni SMA. Ini adalah kesempatan bagi kami untuk mengobrol dan mengenang masa-masa lalu. Kelas SMA saya mengadakan reuni setiap tahun, tetapi saya jarang hadir, sebagian karena saya sibuk dengan pekerjaan dan tidak punya banyak waktu, dan sebagian lagi karena saya tinggal di kota lain, jauh dari kampung halaman saya.
Pada reuni kelas baru-baru ini, saya bertemu lagi dengan Xiao Feng – sahabat terbaik saya sejak kecil. Penampilan Xiao Feng membuat saya terkejut. Dalam ingatan saya, dia adalah orang yang rapi, berpakaian bagus, dan sangat murah hati.
Namun, pria di hadapan saya memiliki janggut yang tidak rapi, ekspresi sedih, dan mengenakan jaket katun yang pudar dan lusuh.
Saat melihatku, Xiao Feng awalnya terkejut, lalu dia tersenyum dan membalas sapaanku. Melalui percakapan kami, aku mengetahui bahwa Xiao Feng telah diberhentikan dari perusahaannya tahun lalu dan belum menemukan pekerjaan baru.
Xiao Feng dan istrinya memiliki dua anak yang sudah bersekolah, ditambah biaya hidup untuk keluarga berang enam. Selain itu, Xiao Feng juga harus membayar cicilan rumah dan mobil setiap bulannya.
Selama hari kerja, temanku hanya bisa mencari nafkah dengan mengantar makanan, dan bahkan selama liburan Tahun Baru Imlek, Xiao Feng tidak berani mengambil cuti sehari pun. Sekarang keluarganya telah menghabiskan semua tabungan mereka, dan beban itu mencekik Xiao Feng. Temanku tampak beberapa tahun lebih tua.
Selama percakapan, Xiao Feng mengerutkan kening dan sesekali menghela napas: "Hidupku sangat menyedihkan tanpa pekerjaan, aku terlalu malu untuk bertemu siapa pun." Ketika hidup Xiao Feng mengalami kesulitan, ia kehilangan kepercayaan diri.

Nilai pekerjaan bagi kita
Ketika orang kehilangan pekerjaan dan tidak memiliki penghasilan, mereka hanya bisa membiarkan hidup yang menentukan. Mereka harus hidup hemat, dalam kemiskinan. Baru setelah kehilangan pekerjaan, mereka menyadari bahwa wajah ceria yang mereka miliki selama ini hanyalah berkat uang.
Cendekiawan Inggris Jamie Susskind pernah melakukan survei: Mengapa orang bekerja?
Survei tersebut melibatkan orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat dan menghasilkan tiga tanggapan.
- Jawaban pertama: Agar kami bisa mendapatkan penghasilan, bekerja adalah cara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bekerja membantu kami memiliki cukup makanan dan pakaian.
- Jawaban kedua: Karena nilai. Bekerja adalah cara untuk menyadari nilai diri sendiri.
Jawaban ketiga: Merasa bahagia, pekerjaan adalah sumber identitas pribadi. Orang merasa bahagia ketika mereka bermanfaat bagi orang lain dan mencapai kepuasan batin.
Pekerjaan sangat penting bagi setiap orang. Jika seseorang tidak bekerja dalam waktu lama, itu seperti dibuang ke tempat sampah oleh masyarakat.
Banyak orang berpikir bahwa pekerjaan tidak penting, cukup punya uang, makan di restoran kelas atas, dan mengenakan pakaian bermerek sudah cukup. Namun, sedikit orang yang tahu bahwa bagi sebagian orang, pekerjaan bukan hanya tentang penghasilan tetapi juga tentang nilai.
Sebagai contoh, seorang editor akan merasa sangat puas jika tulisannya dapat menginspirasi para pembaca.
Sebagai contoh, seorang dokter akan merasakan kepuasan ketika mereka mampu memulihkan kesehatan pasien melalui pengobatan.
Pekerjaan-pekerjaan ini memberi orang kesempatan untuk menyadari nilai diri mereka. Pekerjaan ini memungkinkan Anda untuk mendapatkan rasa hormat dan pengakuan tanpa memandang siapa yang Anda hadapi, dan untuk menjalani kehidupan yang layak.
Anda memiliki pekerjaan tetap, kekuasaan dan uang, dan orang-orang mengagumi Anda ke mana pun Anda pergi. Anda berkeliaran tanpa mencapai apa pun, jadi wajar jika tidak ada yang menghormati Anda. Lagipula, harga diri diperoleh melalui kerja keras.
[iklan_2]
Source: https://giadinh.suckhoedoisong.vn/hop-lop-cap-3-thay-ban-than-mac-ao-son-vai-toi-bang-hoang-nhan-ra-pham-gia-mot-nguoi-duoc-tao-nen-boi-cong-viec-cua-ho-172250228223731585.htm










Komentar (0)