Kecerdasan Buatan (AI) telah muncul sebagai teknologi disruptif dengan potensi untuk merevolusi berbagai industri dan jurnalisme tidak terkecuali.
Meskipun AI merevolusi jurnalisme, ia juga menimbulkan sejumlah pertanyaan etika dan hukum, akuntabilitas, dan hak kekayaan intelektual. (Sumber: Vneconomy.vn) |
Dalam beberapa tahun terakhir, AI telah memainkan peran yang semakin penting dalam membentuk lanskap jurnalisme, mulai dari pengumpulan berita hingga pembuatan konten dan keterlibatan audiens. Konten yang dihasilkan AI mengacu pada semua jenis konten yang dibuat oleh kecerdasan buatan, alih-alih manusia.
Ini dapat mencakup semuanya mulai dari artikel dan unggahan media sosial, agregasi berita, konversi teks ke ucapan, pembuatan dan pengenalan gambar, dan bahkan pembuatan video ….
Dengan kemampuan menghasilkan konten dalam jumlah besar dalam waktu singkat, konten yang dihasilkan AI telah menjadi pengubah permainan bagi banyak organisasi berita. Namun, apa arti tren ini bagi masa depan jurnalisme?
Dan sementara AI merevolusi jurnalisme, memungkinkan pelaporan yang lebih cepat, lebih akurat, dan konten yang lebih personal, AI juga menimbulkan sejumlah pertanyaan etika dan hukum seputar masalah seperti akuntabilitas dan kekayaan intelektual.
Karena teknologi AI terus berkembang, penting bagi jurnalis dan regulator untuk memahami potensinya sebagai alat sekaligus ancaman potensial.
Bagaimana AI membantu organisasi berita berinovasi?
Hemat biaya dan waktu secara maksimal
Efisiensi biaya dan waktu mengacu pada kemampuan pembuatan konten AI untuk mengurangi sumber daya yang dibutuhkan untuk memproduksi konten dengan tetap menjaga kualitas. AI dapat memproduksi konten jauh lebih cepat daripada manusia, sehingga menghemat waktu dan sumber daya. AI juga dapat membuat konten sepanjang waktu tanpa perlu istirahat, yang mempercepat waktu penyelesaian konten.
Lebih jauh lagi, AI juga membantu organisasi berita mengurangi kebutuhan akan editor dan reporter, sehingga mereka dapat berinvestasi lebih banyak di area operasi lainnya.
The New York Times, Associated Press, Reuters , dan Washington Post telah menggunakan AI untuk membuat konten. The Press Association (UK) kini dapat menghasilkan 30.000 berita per bulan menggunakan AI, dalam berbagai bentuk, teks, gambar, video….
BERITA TERKAIT | |
Kecerdasan Buatan Membawa Ketakutan Kehilangan Pekerjaan, Namun Karyawan Masih Ingin Menggunakan AI |
Akurasi hampir mutlak
Akurasi informasi merupakan keunggulan utama AI. Dengan penggunaan algoritma, mesin dirancang untuk mengikuti serangkaian aturan yang memastikan keluaran yang konsisten dan akurat. Mesin dapat memproses data dalam jumlah besar secara lebih efisien daripada manusia, dan mereka tidak mudah lelah atau membuat kesalahan karena stres. Hal ini juga memastikan bahwa keluarannya objektif dan tidak dipengaruhi oleh emosi atau bias manusia.
Keakuratan konten yang dihasilkan AI bergantung pada kualitas data yang digunakan untuk melatih model AI dan algoritma yang digunakan dalam proses pembuatannya. Algoritma AI dapat memproses informasi dalam jumlah besar dengan cepat, yang dapat meningkatkan akurasi konten berbasis data dan analisis statistik, melampaui kinerja manusia.
Dalam laporan penelitian Komisi Pers Catalan yang berjudul: “Algoritma di ruang redaksi: Tantangan dan rekomendasi untuk kecerdasan buatan dengan etika jurnalistik”, hasil investigasi terhadap agensi pers yang menerapkan AI dalam tahap penerbitan berita dan artikel mereka adalah sebagai berikut:
Hasil survei Dewan Pers Catalan menunjukkan sejauh mana agensi pers menerapkan AI dalam penerbitan berita, artikel, dan produksi konten lainnya. (Sumber: Dewan Pers Catalan) |
Personalisasi tingkat lanjut dan keterlibatan audiens
Kecerdasan buatan berpotensi mengubah cara berita didistribusikan dan dipublikasikan, memberikan pengalaman personal yang disesuaikan untuk setiap pembaca. Dengan menganalisis preferensi, kebiasaan, perilaku penelusuran, dan interaksi media sosial pengguna, algoritma AI dapat merekomendasikan berita dan topik menarik yang relevan.
Hal ini meningkatkan keterlibatan audiens dan memungkinkan jurnalis membuat konten yang disesuaikan untuk audiens tertentu, meningkatkan jumlah pembaca dan membina hubungan yang lebih dekat antara jurnalis dan pembacanya.
Tantangan yang ditimbulkan oleh AI bagi organisasi berita
Kurangnya kreativitas dan kepekaan
Salah satu tantangan terbesar konten yang dihasilkan AI adalah kurangnya kreativitas dan kecerdikannya. Model AI dilatih berdasarkan data dan pola yang ada, sehingga membatasi kemampuannya untuk menciptakan konten yang benar-benar orisinal. Model-model ini sangat baik dalam mengenali dan mereplikasi pola dan struktur dalam basis data yang ada, tetapi kesulitan untuk menghasilkan ide-ide baru yang kreatif.
Selain itu, AI tidak memiliki sensitivitas dan kehalusan seorang jurnalis, yaitu kemampuan untuk memahami dan merespons emosi serta perilaku manusia. Artinya, konten yang dihasilkan AI mungkin tidak menangkap nuansa situasi tertentu atau memahami konteks budaya suatu konten, sehingga menghasilkan keluaran yang berpotensi tidak sensitif atau tidak pantas, dan dalam beberapa kasus, bahkan menyesatkan.
Akibatnya, banyak yang berpendapat bahwa meskipun konten yang dihasilkan AI dapat bermanfaat untuk tugas-tugas tertentu, konten tersebut tidak seharusnya menggantikan kreativitas dan intuisi manusia dalam industri seperti jurnalisme. Jurnalis dapat memanfaatkan perspektif dan pengalaman unik mereka untuk menciptakan konten yang akurat dan menarik, sekaligus beradaptasi dengan perubahan kebutuhan dan ekspektasi audiens mereka.
Jadi, meskipun AI kini menjadi alat yang sangat canggih, bahkan melampaui jurnalis dalam beberapa hal, bukan berarti peran jurnalis dalam produksi dan distribusi surat kabar harus dihilangkan sepenuhnya. AI harus digunakan bersama dengan keahlian manusia untuk menciptakan konten yang benar-benar menarik, relevan, dan responsif.
Akurasi dan bias
Konten yang dihasilkan AI dapat bias atau tidak akurat jika algoritmanya tidak dirancang dengan benar. Misalnya, jika set data pelatihan bias atau algoritmanya diprogram untuk mengutamakan elemen tertentu, hal ini dapat menghasilkan konten yang tidak akurat atau menyesatkan.
Potensi bias dan diskriminasi algoritmik merupakan kekhawatiran yang signifikan. Jurnalis dan pengembang harus bekerja sama untuk memastikan sistem AI transparan, akuntabel, dan dibangun di atas kumpulan data yang beragam dan representatif.
Kecerdasan buatan telah muncul sebagai alat yang ampuh dalam jurnalisme. (Sumber: Digital.news) |
Masalah etika dan hukum
Terdapat pertimbangan etika dan hukum saat memproduksi konten yang dihasilkan AI, karena berbeda dari jurnalisme tradisional yang mengandalkan penilaian manusia. Model AI mengandalkan kumpulan data besar untuk pelatihan, dan penting untuk mengumpulkan serta menggunakan data secara etis.
Masalah terkait privasi, persetujuan, dan kepemilikan data dapat muncul ketika informasi pribadi atau sensitif digunakan tanpa persetujuan atau tanpa perlindungan yang memadai. Melindungi privasi pengguna dan memastikan praktik data yang etis merupakan pertimbangan penting dalam konten yang dihasilkan AI.
Dalam beberapa kasus, AI bahkan dapat dimanipulasi untuk tujuan jahat, seperti Deepfake - media sintetis yang secara meyakinkan mengubah atau memalsukan konten, seperti video atau rekaman audio. Deepfake dapat digunakan untuk menyebarkan misinformasi, memanipulasi opini publik, atau merusak reputasi seseorang. Penilaian dan pengendalian etis diperlukan untuk memerangi penyalahgunaan teknologi AI dan mengembangkan mekanisme untuk memverifikasi dan mendeteksi insiden jahat agar dapat dicegah sejak dini.
BERITA TERKAIT | |
Kecerdasan Buatan dan Bahaya Perang Modern |
Singkatnya, kecerdasan buatan telah muncul sebagai alat yang ampuh dalam jurnalisme, mengubah berbagai aspek bidang tersebut, dari pengumpulan berita hingga pembuatan konten dan keterlibatan audiens.
Meskipun menawarkan peluang yang belum pernah ada sebelumnya untuk efisiensi, presisi, dan personalisasi, AI juga menghadirkan tantangan etika yang memerlukan pertimbangan cermat. Intinya adalah para regulator, serta para teknolog dan kreator konten, perlu bekerja sama untuk memanfaatkan peluang yang dihadirkan oleh AI dan secara bertanggung jawab mengatasi tantangan yang ditimbulkannya.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)