Pada pagi hari tanggal 29 November, tepat setelah sidang penutupan, Sekretaris Jenderal Majelis Nasional mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan hasil sidang ke-6 Majelis Nasional ke-15.
Dalam jumpa pers tersebut, Sekretaris Jenderal DPR Bui Van Cuong menyampaikan, belum disahkannya Undang-Undang Pertanahan dan Undang-Undang Lembaga Perkreditan oleh DPR dalam masa sidang ke-6 ini menunjukkan kehati-hatian dan tanggung jawab DPR. Sebab, dalam proses pembahasannya banyak sekali perbedaan pendapat, sehingga perlu waktu untuk mempertimbangkan secara matang, terutama untuk mengkaji dampak kebijakan yang diambil.
Sekretaris Jenderal Majelis Nasional Bui Van Cuong memimpin konferensi pers pada pagi hari tanggal 29 November.
Menurut Bapak Cuong, jika dampak suatu kebijakan tidak dinilai secara cermat sebelum disahkan, akan sangat sulit untuk mengubahnya di kemudian hari. "Misalnya, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang baru saja disahkan oleh Majelis Nasional ke-14 harus diamandemen," ujar Bapak Cuong, seraya menekankan bahwa tidak disahkannya kedua rancangan undang-undang di atas menunjukkan kehati-hatian dan ketelitian, memastikan bahwa undang-undang yang disahkan harus memenuhi tuntutan kehidupan, tanpa konflik atau tumpang tindih.
Sekretaris Jenderal Majelis Nasional juga menyampaikan bahwa Delegasi Partai di Majelis Nasional melaporkan kepada otoritas yang berwenang untuk menyelenggarakan sidang luar biasa pada awal Januari 2024 untuk meninjau dan menyetujui rancangan undang-undang tentang perubahan Pertanahan dan rancangan undang-undang tentang perubahan Lembaga Perkreditan.
Bapak Cuong menekankan bahwa Majelis Nasional akan mempertimbangkan dan memutuskan isu-isu penting untuk mendorong pembangunan sosial -ekonomi negara. Mengenai sidang luar biasa ini, Bapak Cuong menegaskan bahwa Majelis Nasional akan melapor kepada otoritas yang berwenang dan akan memutuskannya nanti.
Terkait dengan beberapa permasalahan yang masih tersisa dalam rancangan Undang-Undang Pertanahan revisi, yang memerlukan waktu untuk mengkaji dan mengkaji secara saksama dampaknya, Anggota Tetap Komite Ekonomi Pham Thi Hong Yen mengatakan bahwa pada rapat sela sesi ke-6, Komite Tetap Majelis Nasional memberikan pendapat dan menyetujui rencana revisi dengan 12 permasalahan.
Ibu Pham Thi Hong Yen menyampaikan informasi mengenai isu perbedaan pendapat dalam Undang-Undang Pertanahan yang direvisi.
Namun, hingga saat ini masih terdapat beberapa permasalahan utama yang memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menyempurnakan kebijakan agar diperoleh solusi yang optimal.
Secara khusus: persoalan penyelenggaraan perumahan komersial, perumahan serba guna, proyek komersial dan jasa; keterkaitan antara kasus pemulihan tanah dengan perjanjian hak guna tanah untuk melaksanakan proyek pembangunan sosial ekonomi tanpa menggunakan modal anggaran negara; persoalan pengelolaan dan pengusahaan tanah; kasus penerapan metode penilaian tanah; pemanfaatan tanah pertahanan dan keamanan nasional yang dipadukan dengan tujuan ekonomi; kasus lembaga ekonomi penanaman modal asing yang menerima pengalihan proyek real estat.
"Tujuan penundaan pengesahan undang-undang ini adalah untuk memastikan kualitas, menghindari masalah selama implementasi, dan menjamin hak dan kepentingan negara, investor, dan masyarakat sebaik-baiknya," ujar Ibu Yen.
Mengenai hukum, lembaga kredit mengatakan bahwa saat ini ada tiga isu yang sangat penting yang pendapatnya berbeda, termasuk: tindakan intervensi dini; kontrol khusus; dan pinjaman khusus kepada lembaga kredit.
"Ini adalah isu-isu yang sangat penting, yang memengaruhi keamanan dan keselamatan sistem lembaga kredit khususnya dan keamanan keuangan nasional secara umum, serta terkait dengan penggunaan sumber daya negara," ujar Ibu Yen.
Jika sidang luar biasa dilaksanakan pada awal Januari 2024 sesuai rencana, maka ini akan menjadi sidang luar biasa kelima masa jabatan ke-15 Majelis Nasional.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)