Ini adalah salah satu kasus yang sedang dikonsultasikan oleh Pengacara Bui Thi Nhung (Firma Hukum Minh Khue LLC) mengenai masalah utang tanpa jaminan.
Pengacara Nhung mengatakan: Pasal 463 KUHPerdata tahun 2015 menyatakan bahwa akad pinjam meminjam harta adalah suatu perjanjian antara kedua belah pihak, yang mana pihak pemberi pinjaman menyerahkan harta kepada pihak peminjam; setelah jatuh tempo pelunasan, pihak peminjam wajib mengembalikan harta kepada pihak pemberi pinjaman dengan jenis yang sama dalam jumlah dan mutu yang tepat, dan hanya wajib membayar bunga apabila telah terjadi kesepakatan atau apabila undang-undang menentukan demikian.
Apakah ada tanggung jawab pidana jika tidak mampu membayar kembali pinjaman konsumen?
Mengenai apakah Tuan D harus menanggung tanggung jawab pidana atau tidak, menurut pengacara Nhung, ada dua kemungkinan kasus:
Kasus 1, peminjam belum membayar bunga dan pokok sejak September 2023 hingga sekarang, peminjam masih berhubungan dengan perusahaan pembiayaan, pada periode pembayaran berikutnya, peminjam melakukan pembayaran tepat waktu sesuai yang tercantum dalam kontrak, peminjam tidak melarikan diri dari tempat tinggalnya, bank mungkin harus mematuhi kontrak dan mengizinkan peminjam untuk terus melaksanakan kontrak (artinya mengizinkan peminjam untuk terus membayar) atau mengakhiri kontrak, mengharuskan peminjam untuk membayar jumlah yang terutang.
Secara hukum, perusahaan pembiayaan dapat menuntut pembayaran dari peminjam atau menuntut nasabah di pengadilan jika nasabah tidak membayar secara sukarela. Mengancam nasabah untuk membayar adalah tindakan ilegal.
Dalam kasus ke-2, peminjam tidak melakukan pembayaran sejak September 2023 sampai sekarang, nasabah tidak berhubungan dengan perusahaan pembiayaan, meninggalkan tempat tinggalnya dan tidak dapat dipanggil oleh pihak berwajib, maka atas perbuatan tersebut di atas, peminjam yang memperoleh uang dari perusahaan pembiayaan dapat dituntut secara pidana atas tindak pidana penyalahgunaan kepercayaan terhadap harta kekayaan yang sesuai.
Hukuman atas tindak pidana penggelapan amanah dan penyalahgunaan harta benda
Tindak pidana penyalahgunaan kepercayaan terhadap harta kekayaan yang sah diatur dan dipedomani dalam Pasal 175 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Nomor 100/2015/QH13 tanggal 27 November 2015, khususnya sebagai berikut:
1. Setiap orang yang melakukan salah satu tindakan berikut, yaitu merampas harta orang lain senilai VND 4.000.000 hingga di bawah VND 50.000.000 atau di bawah VND 4.000.000, tetapi telah dikenai sanksi administratif karena merampas atau telah dihukum karena kejahatan ini atau salah satu kejahatan yang disebutkan dalam Pasal 168, 169, 170, 171, 172, 173, 174, dan 290 KUHP, belum dihapus catatan kriminalnya tetapi terus melakukan pelanggaran, atau harta tersebut merupakan mata pencaharian utama korban atau harta tersebut memiliki nilai spiritual khusus bagi korban, akan dikenakan reformasi non-penahanan hingga 3 tahun atau penjara dari 6 bulan hingga 3 tahun.
a) Meminjam, meminjamkan, menyewakan barang milik orang lain atau menerima barang milik orang lain berdasarkan perjanjian dan kemudian menggunakan tipu muslihat untuk menguasai barang tersebut atau dengan sengaja tidak mengembalikan barang tersebut pada saat yang seharusnya dikembalikan padahal mempunyai syarat dan kemampuan; b) Meminjam, meminjamkan, menyewakan barang milik orang lain atau menerima barang milik orang lain berdasarkan perjanjian dan menggunakan barang tersebut untuk tujuan yang melawan hukum, sehingga mengakibatkan barang tersebut tidak dapat dikembalikan.
2. Melakukan salah satu tindak pidana berikut ini diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun:
a) Terorganisir.
b) Bersifat profesional.
c) Perampasan harta kekayaan senilai VND 50.000.000 sampai dengan VND 200.000.000.
d) Memanfaatkan jabatan, kekuasaan, atau memanfaatkan nama suatu instansi atau organisasi.
d) Menggunakan trik licik.
e) Residivisme yang berbahaya.
3. Melakukan salah satu tindak pidana berikut ini diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun:
a) Perampasan harta kekayaan senilai VND 200.000.000 sampai dengan VND 500.000.000.
b) Berdampak buruk terhadap keamanan, ketertiban, dan keamanan sosial.
4. Kejahatan perampasan harta benda senilai 500.000.000 VND atau lebih dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 tahun dan paling lama 20 tahun.
5. Pelaku dapat dikenakan denda paling sedikit VND 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak VND 100.000.000,00 (seratus juta rupiah), larangan menduduki jabatan, menjalankan profesi, atau melakukan pekerjaan tertentu selama jangka waktu 01 (satu) tahun sampai dengan 05 (lima) tahun, atau perampasan sebagian atau seluruh harta bendanya.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)