Pertumbuhan yang mengesankan
Perekonomian Vietnam mengawali tahun 2025 dengan positif. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 6,93% pada kuartal pertama, menyusul pemulihan 7,09% pada tahun 2024.
Angka-angka ini memperkuat kepercayaan masyarakat internasional. Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Pham Minh Chinh di sela-sela Forum Ekonomi Dunia (WEF) Tianjin 2025, Presiden Sementara WEF, Peter Brabeck-Letmathe, menegaskan bahwa peran Vietnam dalam jaringan ekonomi global semakin nyata.
Perdana Menteri Pham Minh Chinh menghadiri dialog kebijakan dengan Presiden dan CEO Forum Ekonomi Dunia (WEF) Borge Brende. (Foto: VNA) |
Senada dengan itu, Ketua Eksekutif WEF, Borge Brende, sangat mengapresiasi target pertumbuhan dua digit yang dicanangkan Vietnam. Ia menilai hal ini merupakan strategi yang layak jika Vietnam mempertahankan momentumnya saat ini.
Sementara itu, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), dalam Laporan Ekonomi Vietnam 2025 yang dirilis pada pertengahan Juni 2025, menyatakan bahwa Vietnam telah mencapai kemajuan jangka panjang yang signifikan. Kepala Ekonom OECD, Alvaro Pereira, menyatakan keyakinannya bahwa Vietnam sepenuhnya mampu menjadi negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045—dan bahkan dapat mencapainya lebih cepat jika terus melanjutkan upaya reformasi dan integrasinya.
Dari perspektif sektor swasta, UOB Bank juga mencatat tanda-tanda pemulihan yang jelas dalam perekonomian Vietnam pada kuartal kedua tahun 2025. Menurut proyeksi terbaru, PDB pada kuartal kedua tahun 2025 diperkirakan mencapai 6,1%, berkat kebijakan penangguhan pajak AS dan proaktif pemerintah serta pelaku bisnis Vietnam. Selain itu, survei UOB menunjukkan bahwa 60% pelaku bisnis Vietnam tetap optimistis terhadap prospek pertumbuhan di tahun mendatang dan hampir setengahnya berencana untuk berekspansi ke pasar internasional.
Reformasi proaktif dalam menghadapi tantangan fluktuasi global
Namun, perekonomian masih menghadapi banyak tantangan, terutama dari lingkungan eksternal. Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan bahwa prospek pertumbuhan Vietnam sangat bergantung pada hasil negosiasi perdagangan. Bapak Paulo Medas, Kepala Misi IMF di Vietnam, mencatat bahwa meningkatnya ketegangan perdagangan akan menciptakan tantangan bagi bisnis ekspor.
Ilustrasi: Lini produksi furnitur kayu interior dan eksterior untuk ekspor. (Sumber: Internet) |
Perlu dicatat, UOB dan IMF sama-sama menyebutkan dampak kebijakan tarif AS. AS mengumumkan tarif timbal balik sebesar 46% untuk sejumlah barang Vietnam pada awal April 2025, meskipun telah ditunda selama 90 hari, sehingga masih menimbulkan kekhawatiran. Menurut UOB, industri-industri utama seperti elektronik, furnitur, tekstil, dan alas kaki menyumbang sekitar 80% ekspor ke AS, sehingga sangat rentan.
Dalam menghadapi banyak risiko, organisasi internasional telah mengakui upaya Vietnam dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong reformasi.
IMF meyakini bahwa kebijakan fiskal harus memainkan peran utama. IMF merekomendasikan agar Vietnam mempercepat investasi publik dan memodernisasi kerangka kerja manajemen moneternya. Sementara itu, OECD menekankan pentingnya reformasi kelembagaan, menarik FDI berkualitas tinggi, dan mengembangkan sumber daya manusia.
Di sisi bisnis, survei UOB menemukan bahwa sekitar 80% eksportir telah merespons risiko secara proaktif. Solusinya meliputi diversifikasi rantai pasokan, investasi dalam digitalisasi, dan pembangunan berkelanjutan.
Meskipun menghadapi kesulitan jangka pendek, IMF dan OECD sepakat bahwa dengan fondasi ekonomi makro yang kuat dan orientasi reformasi yang jelas, Vietnam dapat mempertahankan momentum pertumbuhan yang stabil.
UOB Bank memperkirakan pertumbuhan PDB Vietnam mencapai 6% pada tahun 2025 dan meningkat menjadi 6,3% pada tahun 2026.
Sumber: https://thoidai.com.vn/kinh-te-viet-nam-tang-truong-an-tuong-giua-thach-thuc-toan-cau-214547.html
Komentar (0)