Banyaknya pelanggaran ketentuan higiene veteriner dan keamanan pangan
Vietnam saat ini memiliki populasi sapi dan unggas yang besar, dengan 2,5 juta kerbau, 6,53 juta sapi, dan 558 juta unggas. Namun, pemotongan sapi dan unggas masih menghadapi banyak kesulitan dan kekurangan yang perlu diatasi.
Menurut statistik, saat ini, hanya ada 463 rumah potong hewan terpusat di seluruh negeri, sementara terdapat hingga 24.654 rumah potong hewan kecil. Sebagian besar rumah potong hewan ternak kecil dan unggas tidak memenuhi persyaratan fasilitas, peralatan, proses penyembelihan, dan pengawetan makanan. Pengawasan di rumah potong hewan kecil ini hanya mencapai sekitar 18,6%, sehingga menimbulkan risiko penyakit dan keamanan pangan yang tinggi.
Faktanya, perencanaan dan pengelolaan kegiatan penyembelihan masih belum memadai, tidak rasional, dan kurangnya koordinasi antar instansi terkait. Sistem hukum penyembelihan masih banyak celah hukum, belum sesuai dengan kenyataan, dan penanganan pelanggaran belum tegas serta belum memberikan efek jera.
Sementara itu, tenaga pengawas profesional dan sistem veteriner tidak memiliki sumber daya manusia yang memadai. Banyak daerah di tingkat kabupaten tidak lagi memiliki sistem veteriner, sehingga pengelolaan sumber daya manusia untuk melakukan karantina, pengawasan pemotongan, dan inspeksi higiene veteriner di daerah tersebut menjadi sangat sulit. Tenaga ini juga tidak memadai untuk mengendalikan kegiatan pemotongan hewan skala kecil di wilayah pengelolaan, sehingga menyebabkan banyaknya pelanggaran ketentuan higiene veteriner dan keamanan pangan.
Yang lebih mengkhawatirkan, kebiasaan konsumsi masyarakat yang mudah berubah tanpa disadari telah memperlancar peredaran produk hewani yang tidak menjamin keamanan pangan di pasaran. Masyarakat masih lebih memilih membeli daging di rumah potong hewan kecil karena harga yang murah dan praktis, tanpa memperhatikan kualitas dan keamanan pangan secara memadai.
Akibat dari produk hewan yang tidak diketahui asal usulnya dan pasca penyembelihannya yang tidak terkontrol sangat besar, tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga menimbulkan risiko wabah penyakit, yang mengakibatkan kerugian ekonomi ... Terutama hilangnya reputasi industri peternakan, yang berdampak pada pasar ekspor .
Saat ini, terdapat banyak kebijakan yang mendukung investasi di rumah potong hewan terpusat. Namun, beberapa tempat memiliki kebijakan tetapi prosedurnya rumit, sehingga tidak menarik minat pelaku usaha untuk berinvestasi di rumah potong hewan terpusat, dan terdapat kesulitan dalam mengakses modal pinjaman...
Penugasan orang dan tanggung jawab yang jelas
Untuk mengisi kesenjangan dalam pengendalian pemotongan ternak dan unggas, serta untuk menertibkan dan meningkatkan profesionalisme kegiatan ini, pertama-tama perlu dilakukan pembenahan sistem hukum. Oleh karena itu, provinsi dan kota perlu secara efektif menerapkan Strategi Pembangunan Peternakan periode 2021-2030 dan visi hingga 2045 sesuai dengan Keputusan Perdana Menteri (Keputusan 1520 tanggal 6 Oktober 2020), termasuk proyek "Pengembangan Industri Pemotongan dan Pengolahan serta Pasar Produk Ternak pada Tahun 2030". Rencanakan ulang jaringan rumah potong hewan, dengan fokus pada rumah potong hewan yang terpusat dan modern. Kegiatan percontohan pemotongan unggas di pusat-pusat pasar besar dan wilayah perkotaan dapat dilakukan, tetapi tetap terkendali.
Selanjutnya, perlu ada kebijakan preferensial khusus untuk mendukung rumah potong hewan terpusat. Faktanya, membangun rumah potong hewan terpusat membutuhkan biaya yang sangat mahal, terutama sistem pengolahan lingkungan dan peralatan serta teknologi canggih yang memenuhi standar. Selain itu, terdapat banyak kesulitan dan kekurangan dalam kebijakan pertanahan, pajak, dan pembangunan area bahan baku, sehingga diperlukan kebijakan preferensial untuk menarik minat pelaku usaha dalam kegiatan ini. Khususnya, saat ini pelaku usaha cenderung membangun mata rantai dari peternakan hingga pemotongan, pemrosesan awal, dan pemrosesan untuk meningkatkan efisiensi investasi, sehingga perlu ada kebijakan preferensial untuk menarik investasi dari pelaku usaha.
Terkait manajemen, perlu didesentralisasikan tanggung jawab pengelolaan kegiatan pemotongan hewan kepada pemerintah daerah secara jelas. Bentuk tim manajemen yang memiliki keahlian dan keterampilan di bidang pemotongan hewan dan keamanan pangan, terutama di tingkat distrik dan kelurahan ketika terjadi perubahan organisasi dalam sistem veteriner akar rumput.
Khususnya, perlu mendorong penerapan teknologi informasi dalam pengelolaan kegiatan pemotongan hewan, penelusuran asal hewan dan produk hewan. Pemutakhiran dan penyebaran informasi transportasi, penerbitan sertifikat karantina untuk pengangkutan hewan (ras, hewan komersial, produk hewan, dll.) antarprovinsi dan kota di seluruh negeri perlu dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pengendalian hewan dan produk hewan.
Pada saat yang sama, perlu memperkuat pengawasan dan pengendalian kegiatan penyembelihan, terutama untuk rumah potong hewan skala kecil. Terapkan sanksi tegas terhadap pelanggaran. Berikan tanggung jawab kepada kepala daerah untuk mencegah penyembelihan skala kecil, terutama di desa, kelurahan, dan kota. Tingkatkan kesadaran konsumen dan peternak dalam kegiatan penyembelihan dan pengolahan melalui komunikasi dan pelatihan kepada masyarakat.
[iklan_2]
Sumber: https://kinhtedothi.vn/lap-khoang-trong-kiem-soat-giet-mo-gia-suc-gia-cam.html
Komentar (0)