Pasal 32 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dengan jelas menetapkan aturan yang harus dipatuhi pejalan kaki untuk menjamin keselamatan. Pelanggaran terhadap aturan ini akan dikenakan sanksi sesuai hukum.
Pasal 32. Pejalan Kaki
1. Pejalan kaki harus berjalan di trotoar dan tepi jalan; jika tidak ada trotoar atau tepi jalan, pejalan kaki harus berjalan dekat dengan tepi jalan.
2. Pejalan kaki hanya boleh menyeberang jalan di tempat yang terdapat lampu lalu lintas, tempat penyeberangan, jalan layang, atau terowongan pejalan kaki, dan harus mematuhi rambu lalu lintas.
3. Pada kondisi tidak terdapat lampu lalu lintas, tempat penyeberangan pejalan kaki, jalan layang, atau terowongan, pejalan kaki wajib memperhatikan kendaraan yang melaju dari arah berlawanan, menyeberang jalan hanya apabila keadaan aman, dan bertanggung jawab atas keselamatan saat menyeberang jalan.
Petugas dari Tim Polisi Lalu Lintas No. 6, Departemen Kepolisian Lalu Lintas Kepolisian Kota Hanoi mendenda seorang pelajar laki-laki karena berjalan secara ilegal di Jalan Xuan Thuy.
4. Pejalan kaki tidak boleh melintasi median jalan atau berpegangan pada kendaraan yang sedang melaju; ketika membawa barang yang besar, mereka harus memastikan keselamatan dan tidak menghalangi orang dan kendaraan yang berpartisipasi dalam lalu lintas jalan.
5. Anak-anak di bawah usia 7 tahun harus dipandu oleh orang dewasa saat menyeberang jalan perkotaan atau jalan dengan lalu lintas kendaraan bermotor yang sering; setiap orang bertanggung jawab untuk membantu anak-anak di bawah usia 7 tahun saat menyeberang jalan.
Selain itu, kepatuhan terhadap rambu-rambu lalu lintas, baik yang dilengkapi marka jalan maupun tidak, diatur dalam Pasal 4 Pasal 11 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Tahun 2008 sebagai berikut: Pada tempat yang terdapat marka jalan untuk pejalan kaki, pengemudi kendaraan wajib memperhatikan, mengurangi kecepatan, dan memberi jalan kepada pejalan kaki, kursi roda atau penyandang cacat yang menyeberang jalan.
Di tempat-tempat yang tidak terdapat penyeberangan pejalan kaki, pengemudi wajib mematuhi peraturan lalu lintas. Jika melihat pejalan kaki atau kursi roda penyandang disabilitas menyeberang jalan, pengemudi wajib mengurangi kecepatan dan memberi jalan kepada pejalan kaki dan kursi roda penyandang disabilitas agar dapat menyeberang dengan aman.
Terkait besaran denda, berdasarkan Pasal 9 Peraturan Daerah Nomor 100/2019/ND-CP tanggal 30 Desember 2019 tentang Tata Cara Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pelanggar akan dikenakan denda sebesar Rp60.000,00 (enam puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) atas pelanggaran sebagai berikut: Tidak berjalan pada ruas jalan yang ditentukan, melintasi median jalan, menyeberang jalan pada tempat yang salah, atau tidak memperhatikan keselamatan.
Selain itu, pejalan kaki yang memasuki jalan raya (kecuali yang bertugas mengelola dan memelihara jalan raya) akan dikenakan denda sebesar 100.000 hingga 200.000 VND.
Di sisi lain, Pasal 260 KUHP Pasal 3 Tahun 2015 berbunyi: Jika pejalan kaki melanggar peraturan lalu lintas seperti menyeberang jalan atau berjalan di badan jalan (yang merupakan penyebab utama) yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas (TNGT) dengan akibat yang sangat serius, ia dapat menghadapi hukuman penjara dari 7 tahun hingga 15 tahun.
Oleh karena itu, setiap warga negara ketika turut serta dalam berlalu lintas, baik berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan apapun, perlu secara sadar mematuhinya guna menjamin keselamatan bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Jika hal ini tidak dipatuhi dan menyebabkan kecelakaan lalu lintas, pejalan kaki akan dianggap bertanggung jawab secara administratif atau bahkan pidana, dan dapat menghadapi hukuman penjara maksimum 15 tahun.
Minh Tue
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)