Perdana Menteri Pham Minh Chinh 'sangat prihatin' karena terlalu banyak prosedur administratif untuk tanah, membuang-buang waktu, uang dan menghilangkan peluang bagi masyarakat dan bisnis.
Dalam diskusi kelompok di Majelis Nasional pada pagi hari tanggal 9 Juni, Perdana Menteri Pham Minh Chinh meminta para delegasi untuk mempelajari dan mengusulkan solusi guna mengurangi prosedur administrasi pertanahan. "Bagaimana kita dapat mengurangi tingkat kesulitan, sehingga mengurangi biaya kepatuhan dan biaya yang tidak perlu, sehingga masyarakat dan pelaku bisnis tidak perlu bolak-balik berkali-kali?", ujar Perdana Menteri.
Pada awal April, pada pertemuan Pemerintah mengenai rancangan Undang-Undang Pertanahan, Perdana Menteri meminta lembaga-lembaga untuk meminimalkan prosedur rumit yang tidak perlu, menerapkan teknologi informasi, transformasi digital, dan memfasilitasi transaksi bagi masyarakat dan bisnis.
Perdana Menteri Pham Minh Chinh membahas rancangan Undang-Undang Pertanahan yang direvisi pada pagi hari tanggal 9 Juni. Foto: Nhat Bac
Menurut Perdana Menteri, satu amandemen Undang-Undang tidak mungkin menyelesaikan semua masalah praktis karena tidak ada dokumen yang dapat mencakup semua aspek kehidupan. Namun, Pemerintah akan berupaya mengatasi kekurangan dalam proses pemanfaatan, penggunaan, dan pengembangan sumber daya lahan.
"RUU ini harus membahas isu-isu praktis sekaligus memiliki visi prediktif, pemikiran inovatif, dan visi strategis," ujar Perdana Menteri. Ia meminta para delegasi untuk berbagi pengalaman praktis dan internasional serta mengusulkan rancangan undang-undang agar ketika undang-undang ini disahkan, sumber daya lahan akan terbebaskan, memastikan keselarasan kepentingan negara, rakyat, dan investor.
Pemimpin Pemerintah mengatakan bahwa rancangan Undang-Undang Pertanahan yang direvisi akan mendorong desentralisasi dan pendelegasian wewenang karena ini merupakan masalah yang belum terselesaikan secara tuntas. Bahkan, terdapat kasus-kasus di mana tujuan pemanfaatan beberapa hektar lahan sawah dan hutan telah diubah, tetapi pemerintah daerah harus mengajukan petisi kepada Perdana Menteri melalui berbagai prosedur, yang memakan waktu.
"Mendorong desentralisasi dan pendelegasian wewenang harus berjalan seiring dengan alokasi sumber daya dan peningkatan kapasitas implementasi di tingkat yang lebih rendah. Pemerintah Pusat akan berfokus pada perancangan kebijakan serta perangkat inspeksi dan pemantauan," ujar Bapak Chinh.
Mengenai perencanaan tata guna lahan , Perdana Menteri menyatakan bahwa perlu untuk mendefinisikan kewenangan dan desentralisasi secara jelas, serta mengurangi prosedur administratif. Perencanaan dan rencana tata guna lahan harus memecahkan masalah yang mendesak, tetapi juga harus memiliki visi jangka panjang untuk pembangunan berkelanjutan.
Menurut Perdana Menteri, lahan adalah sesuatu yang konstan dan tidak dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, perlu memanfaatkan dan mengeksploitasi ruang angkasa, darat, dan bawah tanah secara efektif. Reklamasi laut juga harus diarahkan dengan tujuan membangun negara, sesuai dengan kenyataan, dan melindungi lingkungan. "Sumber daya lahan perlu dimanfaatkan secara ekonomis dengan solusi yang tepat," tegas Perdana Menteri.
Ia mengatakan bahwa kompensasi dan dukungan pemukiman kembali untuk memastikan warga memiliki rumah baru yang setara atau lebih baik dari tempat tinggal lama mereka harus diatur dalam RUU. Namun, hal ini hanya bersifat kualitatif, sehingga panitia perancang perlu menetapkannya dengan kriteria kuantitatif yang jelas, sehingga menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pelaku usaha yang melaksanakan proyek dan warga yang tanahnya diambil kembali.
"Harga tanah harus ditentukan sesuai pasar, tetapi kita harus memperhitungkan dengan cermat apakah Negara membutuhkan instrumen untuk campur tangan dan mengatur bila diperlukan. Jika kebijakan ini tidak dikuantifikasi secara spesifik, hal ini dapat dengan mudah menyebabkan pelanggaran, ketidakpraktisan, dan kesewenang-wenangan," ujar Perdana Menteri, seraya menyarankan agar pemerintah daerah meningkatkan kapasitas pejabat pertanahan; membangun basis data pertanahan yang saling terhubung untuk kemudahan pencarian dan referensi.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)