Pada bulan-bulan pertama setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, gelombang patriotisme meningkat di Ukraina dan banyak warga negara mengajukan diri untuk berperang. Namun, kenyataan brutal di medan perang selama hampir dua tahun kini telah memicu perdebatan sengit mengenai rencana mobilisasi militer terbaru pemerintah Kyiv.
Masalah sensitif
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bulan lalu bahwa militer negara itu ingin memobilisasi 500.000 pasukan tambahan untuk melawan sekitar 600.000 pasukan Rusia yang ditempatkan di Ukraina. Namun, ia mengatakan perlu mendengarkan masukan dari banyak pihak sebelum mengambil keputusan, karena topik ini menjadi sangat sensitif di tengah-tengah serangan setengah tahun Kyiv yang gagal membuahkan hasil yang diharapkan dan meningkatnya keputusasaan warga sipil.
Panglima Tertinggi Ukraina Ajak Anggota Parlemen untuk Menjadi Relawan Pertempuran
Ukraina memiliki sekitar 850.000 tentara dan tidak mengungkapkan jumlah korban jiwa atau jumlah tentara yang dikerahkan di garis depan. Namun, perkiraan terbaru AS, yang diterbitkan oleh The New York Times pada Agustus tahun lalu, menyebutkan jumlah korban tewas hampir 70.000 dan jumlah korban luka mencapai 120.000.
Semangat menjadi sukarelawan untuk bertempur di Ukraina pada bulan-bulan pertama perang telah pudar. Sementara itu, berita tentang tentara yang mencoba desersi semakin sering muncul di media Ukraina.
Menyusul pengumuman Zelensky, pemerintah Ukraina mengajukan rancangan undang-undang (RUU) ke parlemen yang akan menurunkan usia wajib militer dari 27 menjadi 25 tahun, serta menyederhanakan proses pendaftaran. RUU ini tidak hanya memangkas masa wajib militer—dari tak terbatas menjadi 36 bulan—tetapi juga memperkenalkan sanksi baru bagi mereka yang menghindari wajib militer, seperti pembatasan SIM.

Tentara Ukraina mengambil bagian dalam pelatihan garis depan di wilayah timur negara itu pada bulan Desember 2023
Ombudsman hak asasi manusia Ukraina, Dmytro Lubinets, memperingatkan bahwa hukuman lebih lanjut akan menimbulkan masalah. "Kita tidak boleh sampai pada titik di mana, saat melawan Rusia, kita berubah menjadi sesuatu yang mirip dengan Rusia, di mana hukum tidak lagi berfungsi dan konstitusi hanyalah selembar kertas," ujar Lubinets kepada AFP.
Rencana mobilisasi militer telah menimbulkan perpecahan di masyarakat. "Secara pribadi, saya menentang hukuman berat seperti penyitaan properti," AFP mengutip Olena, seorang warga berusia 42 tahun.
Menyusul reaksi keras tersebut, sejumlah anggota parlemen Ukraina dan Presiden Zelensky telah memastikan bahwa isi RUU tersebut akan diperdebatkan dan diubah.
Ukraina khawatir kehabisan pasukan pengganti karena konflik berkepanjangan
Komite pertahanan parlemen Ukraina mulai meninjau dan membahas rencana mobilisasi militer secara tertutup pada 4 Januari. Komite tersebut beranggotakan Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina, Valery Zaluzhny, dan Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov.
"Perang adalah untuk orang miskin"
Perubahan yang diusulkan pada rancangan undang-undang militer telah memicu kemarahan di media sosial Ukraina, dengan banyak yang menawarkan ide tentang cara terbaik untuk memobilisasi militer.
Tentara Ukraina menembakkan howitzer di dekat kota Bakhmut pada bulan Desember 2023
Anggota parlemen dari partai berkuasa Mariana Bezugla mengusulkan solusi membayar sejumlah besar uang ke dalam anggaran negara untuk dibebaskan dari wajib militer.
“Bagi mereka yang tidak punya uang, biarkan saja mereka menjerit di parit dan biarkan anak-anak mereka menjadi yatim piatu…”, komentar seseorang di laman Facebook Ibu Bezugla.
“Perang adalah untuk orang miskin,” tulis yang lain.
Mantan Menteri Ekonomi Ukraina Tymofy Mylovanov mengusulkan ide mobilisasi bergaya lotere, yang mengingatkan pada bagaimana pemerintah AS memilih orang untuk pergi ke Vietnam selama perang setengah abad yang lalu.
"Negara secara acak memilih hari dan bulan. Orang-orang yang lahir pada hari-hari tersebut dimobilisasi untuk bergabung dengan tentara," ujarnya.
"Rumah sakit jiwa," kata pengacara dan aktivis terkemuka Larysa Denysenko, seraya menyebut usulan tersebut "sangat merugikan".
Beberapa pihak menyerukan rotasi pasukan dan mengizinkan mereka yang telah lama berada di garis depan untuk diberhentikan.
Saksi mata konflik 10 tahun di Ukraina timur berbicara tentang harga yang sangat mahal untuk setiap meter tanah
"Jika ini masalah keamanan nasional, maka semua orang, setiap warga negara, harus berpartisipasi," kata Lyudmyla, seorang guru berusia 50 tahun.
"Suami saya telah bertempur sejak 28 Februari. Menantu saya sedang berada di medan perang. Mengapa sebagian orang harus berperang dan sebagian lainnya tidak?" tanyanya.
Sementara yang lain menginginkan tindakan untuk mendorong warga Ukraina di luar negeri agar pulang dan berperang.
"Tidak ada keadilan dalam pembantaian ini," kata penulis Artem Chekh, yang bergabung dengan tentara Ukraina sebagai sukarelawan.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)