Sekolah Menengah Nguyen Du (Distrik 1, Kota Ho Chi Minh) adalah salah satu sekolah dengan banyak bentuk penilaian dan pengujian siswa yang inovatif.
Penilaian yang inovatif mempromosikan dan mendorong siswa untuk belajar secara aktif.
Oleh karena itu, para guru di Kota Ho Chi Minh telah berinovasi dalam penilaian proses pembelajaran siswa menggunakan berbagai bentuk dan metode untuk mendapatkan umpan balik dua arah. Berkat hal tersebut, para guru dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan sikap, sehingga dapat menyesuaikan metode pengajaran.
Inovasi dalam penilaian juga memotivasi guru untuk berinovasi dalam metode pengajaran, meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap profesi dan siswa, serta meningkatkan kualitas kegiatan pengajaran. Siswa dapat menilai sendiri pengetahuan dan keterampilan mereka, mengendalikan pembelajaran mereka, dan mengubah gaya belajar mereka untuk membantu meningkatkan hasil belajar.
Kepala Dinas Pendidikan dan Pelatihan Kota Ho Chi Minh menyatakan, penilaian tidak hanya berdasarkan nilai saja, tetapi juga berdasarkan komentar kualitatif selama proses pembelajaran, yang membantu menjadikan hasil penilaian lebih akurat, serta memiliki dampak dalam mendorong dan memacu siswa untuk aktif belajar.
Melalui hasil penilaian dan evaluasi siswa, tim profesional dan pimpinan sekolah menyesuaikan manajemen dan mengusulkan solusi yang tepat seperti: menyelenggarakan observasi kelas, kunjungan kelas, dan pelajaran menggambar secara berkala; kegiatan profesional dengan konten yang kaya dan praktis; mendidik semangat mencari ilmu, belajar mandiri, berlatih, dan berbagi pengalaman...
Membutuhkan banyak waktu dan usaha dari guru
Selain itu, Departemen Pendidikan dan Pelatihan menunjukkan kesulitan-kesulitannya. Misalnya, ketika melakukan penilaian tanpa nilai, guru tidak tahu bagaimana mencatat hasil belajar siswa secara ilmiah untuk digunakan sebagai bukti pekerjaan yang telah mereka lakukan (meskipun mereka tahu bahwa penilaian ini bermanfaat bagi siswa dan bersifat komprehensif).
Penggunaan berbagai bentuk, metode, dan alat penilaian membutuhkan banyak waktu dan upaya dari para guru. Oleh karena itu, dengan standar 17 sesi/minggu, sulit bagi guru untuk berhasil dalam metode pengajaran yang inovatif maupun penilaian yang inovatif. Dengan tes pilihan ganda yang objektif, menggabungkan soal-soal agar menyerupai ujian kelulusan SMA (bagian yang mudah dulu, bagian yang sulit belakangan) menyulitkan para guru.
Siswa selalu bersemangat dengan bentuk penilaian baru.
Para pemimpin sekolah perlu bekerja sama dengan para guru untuk melakukan inovasi dalam metode pengajaran.
Dari kesulitan-kesulitan di atas, Bapak Nguyen Bao Quoc, Wakil Direktur Departemen Pendidikan dan Pelatihan Kota Ho Chi Minh, menilai bahwa inovasi dalam metode pengajaran haruslah merupakan proses kesadaran diri guru dan sesuai dengan persyaratan lembaga manajemen pendidikan. Inovasi dalam metode pengajaran merupakan proses jangka panjang dan berat bagi setiap guru. Proses ini mengharuskan guru untuk meninggalkan beberapa kebiasaan mengajar yang tidak lagi sesuai. Ketika menggunakan metode pengajaran aktif, guru tidak lagi berperan hanya sebagai penyampai dan penyampai pengetahuan.
Guru berperan sebagai perancang, pengorganisasi, dan pemandu kegiatan mandiri bagi siswa untuk menguasai materi pembelajaran. Guru bertanggung jawab membimbing siswa dalam metode pembelajaran, mengetahui cara belajar mandiri, memperoleh pengetahuan dan keterampilan praktik, mengevaluasi hasil belajar secara mandiri, dan sekaligus mengetahui cara menerima umpan balik dari komentar siswa atas metode pengajaran mereka. Guru dapat memilih satu atau kombinasi metode penilaian yang sesuai dengan tujuan dan sasaran penilaian, memenuhi persyaratan orientasi pengembangan kapasitas siswa, dan bertujuan untuk mengembangkan kapasitas dan kualitas peserta didik secara komprehensif.
Wakil Direktur Departemen Pendidikan dan Pelatihan yang membidangi urusan keprofesian juga meminta agar para pemimpin sekolah berupaya menjadi pelopor atau mendampingi guru dalam berinovasi metode pengajaran. Secara konsisten mengorganisir dan membimbing guru untuk menerapkan inovasi, memelihara dan meningkatkan kondisi serta sarana yang mendukung inovasi metode pengajaran, serta mengorganisir dengan baik pengumpulan pendapat guru dan siswa mengenai mutu pengajaran dan pendidikan setiap guru di sekolah. Menilai dengan tepat kualifikasi, kapasitas, dan kesesuaian metode pengajaran setiap guru di sekolah, sehingga segera mendorong dan memberi penghargaan kepada guru yang menerapkan inovasi secara efektif.
Menurut Bapak Quoc, sekolah harus memperhatikan dan menginvestasikan sumber daya untuk berinovasi dalam pelatihan guru, serta membangun tim inti guru untuk setiap mata pelajaran. Tim ini harus terdiri dari orang-orang yang memiliki kapasitas, prestise dalam keahlian, profesi, dan kapasitas yang memadai untuk membantu guru dalam pelatihan sesuai dengan dokumen pelatihan dari Departemen dan Kementerian Pendidikan dan Pelatihan. Dorong penyelenggaraan seminar, konferensi tematik, konferensi pengajaran, pertukaran pembelajaran, dan pertukaran pengalaman antar guru di unit-unit dalam gugus sekolah untuk saling membantu mengatasi hambatan dan kesulitan dalam menerapkan metode pengajaran yang inovatif.
Sekolah perlu menyelenggarakan pelatihan, berfokus pada pelatihan guru dalam metode, teknik, dan bentuk penilaian baru; mengubah kebiasaan secara bertahap, memandu cara membuat pertanyaan, membuka tes, mengikuti pendekatan berbasis kompetensi, dan menghindari stereotip.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)